Minggu, 30/07/2017

Kerusakan Lingkungan di 2015 yang Terparah

Minggu, 30/07/2017

PETUGAS pemadam kebakaran menyemprotkan air untuk memadamkan kebakaran hutan di Pekanbaru, Riau 21 Juni 2013 lalu. Di Balikpapan, kebakaran lahan dan hutan di 2015 disebut sebagai yang teraparah. (FOTO: ISTIMEWA/KOMPAS.COM)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Kerusakan Lingkungan di 2015 yang Terparah

Minggu, 30/07/2017

logo

PETUGAS pemadam kebakaran menyemprotkan air untuk memadamkan kebakaran hutan di Pekanbaru, Riau 21 Juni 2013 lalu. Di Balikpapan, kebakaran lahan dan hutan di 2015 disebut sebagai yang teraparah. (FOTO: ISTIMEWA/KOMPAS.COM)

BALIKPAPAN – Pemkot melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Balikpapan memastikan setiap tahunnya, terus melakukan penanaman pohon di lahan kritis, dan di hutan lindung. Tidak hanya melibatkan pihak swasta, melainkan juga mengikutsertakan masyarakat.

“Upaya konservasi alam itu, kami lakukan dari darat, sampai ke pesisir pantai,” kata Kepala DLH Suryanto, akhir pekan kemarin.

Meski demikian, menurut Suryanto, penanaman pohon di lahan kritis, dilakukan di atas lahan pemerintah, atau di kawasan konservasi yang sudah ditetapkan.

“Kalau punya masyarakat, kita tanyakan dulu pemiliknya. Khawatirnya, kan mereka gunakan, terus kita tanami. Susah juga kan? Tapi ada juga masyarakat yang memperbolehkan untuk ditanami, kemudian bisa jadi hutan kota,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kerusakan lingkungan terparah terjadi saat peristiwa kebakaran lahan dan hutan di 2015 lalu. Saat itu, ada sekitar 922 hektare lahan dan hutan, yang rusak karena terbakar. Meski kemudian hari, kembali dilakukan reboisasi, melibatkan pihak swasta.

“Ada 1.500 lebih pohon kita tanam, dan kita terus jaga kawasan hutan lindung, agar kelestarian lingkungan dari hulu dan ke hilir tetap terjaga,” sebutnya.

Lebih jauh dikatakan Suryanto, tahun lalu, berbagai pihak telah menanam 13.992 pohon dengan luasan sekitar 60 hektare. Sementara di tahun 2016, juga dilakukan penanaman 86.190 pohon dengan luasan sekitar 185 hektare. “Tahun ini, sampai bulan Juli ini, ada 3.785 pohon yang kita tanam,” ungkapnya.

Sementara, untuk kawasan pesisir pantai, DLH bersama pemangku kebijakan, membangun konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, terutama sumber daya di pesisir, harus terkait dengan penyelenggaraan pembangunan masyarakat sekitar.

Menurutnya, tahun 2016 lalu di pesisir kawasan Kecamatan Balikpapan Timur yakni sekitar Kelurahan Teritip terjadi sedimen hampir 9 hektare mangrove. Dimana telah terjadi penimbunan material sedimen pasir, yang menyebabkan mangrove rusak dan sebagian mati. Saat ini, upaya yang dilakukan adalah penanaman kembali pohon mangrove, yang sesuai dengan jenis tanahnya dan penelitian. Kegiatan itu, dilakukan oleh aktivis lingkungan.

“Sedimentasi juga mengancam tambak petani di sekitar itu, dan beruntung ada tanggul sehingga belum berdampak. Tapi sekarang, terus diantisipasi dengan upaya pengangkatan pasir dan penanaman kembali mangrove mulai tahun 2016 saat terjadi sampai sekarang,” ulasnya.

Lanjut Suryanto, jenis mangrove yang ditanam di daerah pesisir itu, juga dikhususnya agar ekosistem di daerah pesisir tetap lestari. Ada 1.000 bibit mangrove jenis Rizhopora Mucronata, merupakan bibit mangrove jenis pionir. (din)

Kerusakan Lingkungan di 2015 yang Terparah

Minggu, 30/07/2017

PETUGAS pemadam kebakaran menyemprotkan air untuk memadamkan kebakaran hutan di Pekanbaru, Riau 21 Juni 2013 lalu. Di Balikpapan, kebakaran lahan dan hutan di 2015 disebut sebagai yang teraparah. (FOTO: ISTIMEWA/KOMPAS.COM)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.