BERAGAM potret memprihatinkan ditunjukkan para PKL, di sela kegiatan pembongkaran. Mereka hanya bisa pasrah, dan tidak bisa menutupi kebingungan mereka pascapembongkaran.

Salah seorang pedagang, Halimah misalnya. Tidak banyak yang bisa dia perbuat. Mengobral barang dagannya agar tetap menghasilkan uang, menjadi jalan terakhirnya.

“Masih banyak barang dagangan saya, yang belum terjual. Yang mau beli, murah saja. Saya bingung ini, mau dikemanakan barang saya,” kata Halimah, sambil membereskan barang dagangannya.

Pedagang lainnya, Emi, mengaku kecewa dengan sikap Pemkot, yang kurang berpihak kepada rakyat kecil. Emi pun mengungkap janji pemimpin kota, masa kampanye pemilihan Wali Kota yang lalu.

“Saya kecewa banget kok seperti ini sikap Pemkot. Padahal, saat kami pilih mereka, kami berharap, agar pelabuhan ini aman dan usaha kami tidak dibongkar,” sebut Emi.

Polisi pamong praja sendiri, juga terlihat ikut membantu pedagang mengangkut barang dagangan mereka. Di kesempatan yang sama, kendaraan forklif milik Pelindo, membongkar bangunan semi permanen yang menjadi tempat dagangan PKL.

Pascapenggusuran, nantinya areal bekas PKL dijadikan Pelindo sebagai kanopi penumpang, sekaligus untuk memaksimalkan parkir pelabuhan.

Selain itu, juga sebagai pembenahan pelabuhan dengan melakukan sterilisasi, keamanan kapal yang bersandar di Semayang, sebagai tuntutan dari ISPS (International Ship and Port Security Code).

“Kalau kapal tidak masuk kemari, yang rugi bukan hanya Pelindo, tapi juga pemerintah kota dan masyarakat,” kata GM Pelindo IV Pelabuhan Semayang Baharuddin.

 Sebelumnya sempat dilakukan mediasi pedagang dan Pelindo bersama Komisi II DPRD Balikpapan. DPRD juga tidak bisa berbuat banyak. (din)