BALIKPAPAN – Pascalebaran Idul Adha sampai saat ini, Balikpapan kekurangan hewan sapi potong. Dikhawatirkan, kondisi itu akan memicu kenaikan harga daging potong segar di pasaran.

Kepala Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan (DPPP) Kota Balikpapan Yosmianto mengatakan, biasanya pada kondisi normal, kebutuhan hewan sapi potong setiap harinya berkisar 30-35 ekor. Namun saat ini, hanya 15 ekor sapi.

“Kan sehari biasanya kita di RPH, memotong 30-35 ekor sapi. Tapi sapi yang ada hanya sedikit bisa 10-20 ekor saja. Ya kondisi ini terjadi setelah Idul Adha,” kata Yosmianto, kemarin.

Kondisi ini diakui tidak lepas adanya aturan melarang pemotongan bagi sapi betina produktif. Sementara pasokan sapi ke Balikpapan, banyak didatangkan dari Gorontalo yang mayoritas adalah sapi betina.

“Itu karena yang betina sekarang kan harus dipilih, yang produktif nggak boleh dipotong. Jadi, kiriman dari Gorontalo melalui Palu itu sedikit yang jantan. Kecuali sapi betina yang tidak produktif, nggak masalah,” bebernya.

Untuk itu pihaknya sedang mencari stok sapi dari berbagai daerah, untuk menutupi kekurangan pasokan sapi. Namun demikian, mencari stok kekurangan sapi ini tidak semudah membalik telapak tangan. Sebab daerah-daerah pemasok telah mengirimkan pasokannya di daerah langganannya.

“Kita lagi cari ini. Samarinda kan dari NTT, nah NTT ini lagi seret. Dari Gorontalo ada antrax. Kita normalnya kan 30-35 ekor per hari, nah sekarang berkurang karena pasokannya berkurang,” ujarnya.

Kekurangan stok ini dikhawatirkan akan berdampak pada tingginya harga jual di pasaran. Bukan tidak mungkin apabila kekurangan stok ini berlarut-larut, berpotensi terjadi lonjakan harga daging di pasaran.

“Harganya sih nggak, karena yang lain kan bisa beralih ke daging beku. Tapi kalau pedagang bakso itu memang butuh daging segarnya. Lama kelamaan, bisa naik juga kalau kosong terus. Dari RPH itu Rp 120 per kilo. Kalau di pasar paling naik berapa lah,” katanya.

Diketahui  kebutuhan sapi di Balikpapan sebanyak 15.000 ekor per tahunnya. Namun dari sapi Balikpapan sendiri, hanya mampu memenuhi kebutuhan 1.500 per tahun.  (din)