Jumat, 28/07/2017
Jumat, 28/07/2017
Menjamur: Penjual pernik hari kemerdekaan mulai menjamur.
Jumat, 28/07/2017
Menjamur: Penjual pernik hari kemerdekaan mulai menjamur.
SAMARINDA – Momentum Hari Kemerdekaan yang dirayakan setiap 17 Agustus juga berarti waktu-waktu menuai rezeki, khususnya bagi pedagang musiman yang menjajakan pernak-pernik hari kemerdekaan. Saban tahun, menjelang Agustus, para penjaja musiman tersebut kerap menghiasi di sepanjang beberapa jalan Kota Samarinda.
Mereka datang dari luar Kaltim. Seperti Asep, pedagang asal Garut, Jawa Barat. Dia mengaku, tahun ini merupakan tahun ke-11 tahun baginya berjualan bendera dan pernik HUT kemerdekaan lainnya di Kota Tepian.
Asep mengaku hanya datang ke Samarinda setiap jelang Agustus hanya untuk berjualan. Di tempat asalnya, pria ini sejatinya adalah pedagang pakaian. Dia pun rela ‘banting setir’ sementara demi meraup pundi-pundi rupiah selama kemeriahan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Saya datang 2 hari lalu, bersama beberapa orang teman yang juga berjualan bendera,” ujar Asep ditemui media ini Kamis (27/7) kemarin.
Ia bercerita, menjajakan pernik hari kemerdekaan di Kota Samarinda memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan di kota asalnya. Berbekal bendera yang diproduksi secara masif di Garut, yang menurut dia memiliki kualitas yang baik, setidaknya setiap tahun puluhan orang dari Kota Dodol itu menyebar ke seluruh Indonesia untuk berjualan bendera.
“Ada yang di Sulawesi, ada yang di Papua. Itu ada yang koordinir, ada bos-nya. Kami disediakan tempat tinggal, yang dibayar secara patungan, juga kendaraan dan disiapkan lokasi untuk berjualan. Semuanya sudah di urus, kami tinggal jualan lah,” paparnya.
Sementara mengenai keuntungan, ia peroleh dari penambahan harga modal awal. Ada 3 jenis bendera yang dijual ada, bendera merah putih, umbul-umbul dan backdrop. Bendera merah putih dijual mulai Rp5 ribu – Rp60 ribu , umbul-umbul antara Rp25 ribu – Rp35 ribu dan backdrop dijual mulai Rp200 ribu – Rp500 ribu.
Tren masyarakat Samarinda yang cenderung mengganti bendera setiap tahun dianggap sebagai peluang mengapa penjualan di Samarinda selalu menggembirakan. Selain itu, Asep ternyata telah memiliki pelanggan tetap. “Kebanyakan yang beli pelanggan tetap, Mas, biasanya dari instansi-instansi pemerintahan dan swasta,” urainya.
Dia mengaku erjualan sejak 2006 silam. Tahun 2007, terang dia, adalah saat di mana dagangannya paling laku keras. Meski saat ini terjadi penurunan karena sudah banyak orang asli Samarinda yang juga berjualan bendera, namun Kota Tepian bagi Asep tetap menyediakan ceruk pasar yang menggiurkan. (fp717)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.