Kamis, 24/08/2017
Kamis, 24/08/2017
BISNIS HEWAN KURBAN: Abdul (kanan) dan rekannya ketika berada di lokasi hewan kurban. (FOTO: HERI/KK)
Kamis, 24/08/2017
BISNIS HEWAN KURBAN: Abdul (kanan) dan rekannya ketika berada di lokasi hewan kurban. (FOTO: HERI/KK)
TENGGARONG-Kondisi perekonomian global bahkan daerah memang sedang lesu, namun hal ini tidak berlaku bagi pedagang hewan kurban. Abdul contohnya, berangkat jauh-jauh dari Sulawesi tepatya di Mamuju dirinya mengatakan prospek penjualan hewan kurban miliknya tidak jauh berbeda dengan tahun lalu.
“Untuk daya beli masyarakat sama saja seperti tahun lalu. Tahun lalu saya mampu jual sapi 60 ekor lebih. Saat ini dari 73 sapi yang dibawa langsung dari Sulawesi, tinggal 28 ekor yang belum laku,” kata Abdul kepada Koran Kaltim kemarin.
Adapun sapi yang dijual Abdul antara lain 71 ekor sapi Bali dan dua ekor sapi Limosin. Kisaran harga sapi yang dijualnya untuk sapi Bali mulai dari Rp13,5 juta hingga Rp18 juta per ekor. Sedangkan untuk sapi jenis Limosin dijual dengan harga Rp30 juta.
“Kalau umur tidak jadi patokan. Ada yang usianya lebih muda malah badannya lebih besar. Yang pasti sapi Bali yang dijual disini layak kurban semua,” ucapnya.
Pria yang awalnya hanyalah sebagai buruh peternak sapi pada 2007 ini, mengaku tentu ada resikonya dari setiap bisnis jual beli hewan ternak yang ia geluti. Selain kondisi perekonomian yang lesu, juga yang menjadi kendala ialah ketika hewan ternak yang dimilikinya terjangkit penyakit. “Hal ini lumrah terjadi, tapi tetap konsisten menggelutinya meski kata orang kondisi sedang defisit. Memang banyak teman saya yang asli orang sini memilih berhenti menggeluti bisnis ini. Alasannya mereka tahu kondisi perekonomian disini sedang melemah,” paparnya. (hei)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.