Senin, 09/10/2017

Penyuluh Tani Mesti Turun ke Pedalaman

Senin, 09/10/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Penyuluh Tani Mesti Turun ke Pedalaman

Senin, 09/10/2017

MALINAU – Butuh waktu 2 tahun bagi Camat Sungai Tubu Tinas untuk menjadikan Long Titi swasembada pangan. Sejak menjabat sebagai Camat Sungai Tubu 2014, dia langsung terjun ke Long Titi. “Saya prioritaskan karena Long Titi adalah desa terjauh di kecamatan ini. Perjalanan tiga hari dari Long Pada dengan berjalan kaki,” paparnya saat bertemu dengan media ini di Long Pada, beberapa waktu lalu. 

Saat ini dia memikirkan mengamankan kebutuhan pangan mereka. “Karena akses kemana-mana jauh. Maka, yang paling penting adalah mengamankan kebutuhan pokok yang berhubungan dengan perut,” ungkapnya.

Karena itu, dia berusaha meningkatkan produksi padi,  dengan mengajak masyarakat untuk membuka sawah agar masa panen mininal dapat 2 kali dalam setahun. “Sebab dengan berladang hasil panen hanya cukup sampai Bulan April. Setelah itu mereka kesulitan. Harus beli dan tempatnya jauh,” papar Tinas.  

Selama 2 tahun ia mengajak warga untuk bahu membahu membuka sawah dan menemaninya. “Saya harus terjun sebab kalau hanya dikasih teori jangan harap mereka bisa,” kisaahnya. Hampir 2 tahun dia dan masyarakat bekerja. Hasilnya,  sekarang produksi padi mereka meningkat dan aman untuk memenuhi kebutuhan pokok. 

Dia juga melakukan hal sama di Desa Long Nyau yang jaraknya 1 hari perjalanan dari Long Pada. “Lalu sekarang ke Ranau. Selama bekerja saya harus tinggal di lokasi bersama warga. Makan dan minum sama-sama. Sama-sama makan ubi dan kelaparan kalau beras sudah habis,” imbuhnya. 

Sebagai camat, Tinas harus melakukan pekerjaan penyuluh dan tenaga pertanian tersebut. “Kalau hanya duduk di kantor,  saya tidak akan memberikan apa-apa pada masyarakat. Mereka tak mengerti kertas. Mereka hanya perlu beras, gula dan minyak,” ungkapnya.

Selain bersawah, kata dia, pihaknya mendorong sector perkebunan tebu dan mengolahnya secara tradisional untuk menghasilkan gula. “Sebab mereka perlu dan kalau beli harus pergi jauh. Makanya, saya bimbing mereka mengembangbiakan tebu dan mengolahnya secara tradisional. Kami buat alatnya bersama-sama,” paparnya. 

Sekarang, tegasnya,  tiga desa yang rawan pangan sudah mulai bangkit dan mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Apalagi dengan berjalannya program beras daerah (rasda). Menurut dia, kondisi tanah di Sungai Tubu memang masih sangat potensial untuk pertanian. Tetapi, yang agak berat adalah tekstur daerah yang berupa perbukitanyang cukup terjal. Sebagian besar kawasan pertanian masyarakat berada di sekitar daerah aliran Sungai Tubu.  Di Long Pada, relatif lebih dapat terakses, pertanian belum berkembang baik. (wh)


Penyuluh Tani Mesti Turun ke Pedalaman

Senin, 09/10/2017

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.