Senin, 19/06/2017

Qlue Kurang Dilirik di Tanah Air

Senin, 19/06/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

0

Qlue Kurang Dilirik di Tanah Air

Senin, 19/06/2017

JAKARTA – Aplikasi media sosial untuk melaporkan permasalahan kota, Qlue telah diadopsi oleh negara di ASEAN dan Amerika Latin. Qlue dilirik negara luar tapi di dalam negeri kurang diminati.  Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Qlue Rama Raditya menjelaskan, sejak hadir adopsi Qlue oleh pemerintah kota dan daerah di Indonesia masih rendah, sejauh ini baru lebih dari 10 pemerintah kota dan daerah yang memakai aplikasi lokal tersebut. 

“Saya lihat memang butuh pemimpin kota yang visioner untuk mengadopsi Qlue dan sayangnya hanya segelintir saja di Indonesia dari Pemda yang seperti itu,” kata Rama, Minggu 18 Juni 2017. 

Menurutnya rendahnya kesadaran pemimpin daerah atas penggunaan aplikasi Qlue ini lantaran petinggi daerah masih terjebak pada mental lama, yakni masih banyak yang takut berevolusi ke sistem kerja baru untuk birokrasi. 

Rama menunjukkan, ada pemimpin daerah selevel bupati yang masih enggan adopsi aplikasi lokal dengan ragam alasan. 

“Dibilang nambah-nambah kerjaan, enggak punya orang untuk bersihin,” tuturnya berkisah. 

Rama mengatakan, alasan itu hanyalah bukti mental lama. Sebab bukti positif penggunaan Qlue telah terlihat dalam pengelolaan Pemprov DKI Jakarta. Menurutnya kendala Jakarta relatif sama dengan beberapa daerah dalam hal adopsi sistem teknologi Qlue, yakni bicara soal anggaran dan penyediaan sumber daya aparat dan petugas. 

“Jakarta dahulu juga sama, tapi kalau memang niatnya melayani rakyat ya beda. Akhirnya dibuat pasukan warna warni (Jakarta)” jelasnya. 

Di Jakarta, yang sebelumnya pelaporan warga atas kondisi dan fasilitas publik hanya 1000 laporan per hari, setelah memakai sistem Qlue, laporan per hari bisa mencapai 5.000-an.

Dengan jumlah laporan tersebut, menurutnya, tenaga kerja di kantor akan susah menanganinya. Beda halnya jika ditindaklanjuti dengan inovasi teknologi. 

“Tadinya masih ada orang yang angkat telepon. Pada akhirnya mengurangi biaya operasional. Penggunaan kertas dan lain-lain berkurang karena laporan semua sudah otomatis masuk ke database,” tuturnya. 

Efisiensi lain dengan adopsi sistem Qlue yakni Lurah tak perlu lagi mencatat laporan secara tertulis, sehingga fokus pikirannya bisa berpikir strategis. Urusan yang kecil-kecil ditangani oleh pasukan warna warni. 

Menurutnya skema dan metode teknologi serta pelibatan pemerintah dan swasta di Jakarta sudah tergolong bagus. 

“Sayang kota lain belum bisa mengikuti,” ujarnya. (vc)


Qlue Kurang Dilirik di Tanah Air

Senin, 19/06/2017

Berita Terkait

Berita Pilihan


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.