Kamis, 22/02/2018
Kamis, 22/02/2018
SEPI PEMBELI: Jejeran kios di kompleks Museum Mulawarman yang sepi pembeli. Dagangan di sini hanya ramai ketika ada event atau hari-hari besar. (Foto: Reza/korankaltim.com)
Kamis, 22/02/2018
SEPI PEMBELI: Jejeran kios di kompleks Museum Mulawarman yang sepi pembeli. Dagangan di sini hanya ramai ketika ada event atau hari-hari besar. (Foto: Reza/korankaltim.com)
TENGGARONG – Pedagang aksesoris tradisional dan makanan di kompleks Museum Mulawarman mengeluhkan pendapatan yang semakin menurun.
Salah satu pemilik kios aksesoris tradisional, Jum’ah (38), mengatakan hasil berjualan tak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Untuk makan sehari-hari aja susah. Biasanya Sabtu dan Minggu baru ramai, di situ kita sebagai pedagang aksesoris bisa memenuhi kebutuhan,” kata Jum’ah saat berbincang dengan Koran Kaltim, Rabu (21/2).
Kaji Kasih (56), pemilik kios makanan di kawasan itu mengaku mendapat penghasilan di bawah Rp50 ribu per hari.
“Pokoknya drop. Rp 50 ribu satu hari aja belum tentu. Kita biasanya minta ditutupin anak dulu buat bayar sewa,” ungkap Kasi, sembari mengayun-ayunkan kayu mengusir kebosanan.
Menurut Kasi, pendapatannya baru meningkat jika ada event-event tradisional dan hari besar. “Biasany akalau hari raya Idulfitri dan Iduladha, sama ketika Erau biasanya ramai. Terus uangnya kita pakai lagi untuk menutupi kebutuhan tahun depan,” tutur Kasi.
Kasi berharap agar pemerintah memperhatikan nasib mereka. “Kita berharap pemerintah memberikan perhatian, promosi atau apapun yang bisa meningkatkan pendapatan kami, biar bisa terus hidup di sini” tutur kasi. (rf218)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.