Rabu, 20/09/2017

HIV/AIDS Terbanyak di Kecamatan Wahau

Rabu, 20/09/2017

Ilustrasi/Net

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

HIV/AIDS Terbanyak di Kecamatan Wahau

Rabu, 20/09/2017

logo

Ilustrasi/Net

SANGATTA- Dari 18 kecamatan di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Muara Wahau ‘dinobatkan’ sebagai daerah dengan pendarita  HIV/AIDS terbanyak.  Kecamatan ini paling banyak menampung penderita penyakit mematikan tersebut.

Hanya saja, tidak diketahui pasti data otentik jumlah korban. KPAK hanya merangkum total keseluruhan yang diambil dari 18 kecamatan.

 Dari data sementara yang terkuak dipermukaan, KPAK mencatat sebanyak 343 penderita, 48 di antaranya sudah meninggal dunia.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDs  Kabupaten (KPAK) Harmadji, mengatkan melonjaknya kasus penderita yang belum diketahui obatnya tersebut diduga imbas dari penutupan lokalisasi. Baik di luar daerah maupun di Kutim sendiri.

 Ia mencontohkan lokalisasi Dolly di Surabaya dan Kampung Kajang Sangatta Selatan. Hasil prasangkanya, para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebut kesulitan mencari ruang di dalam kota. Sehingga mereka hijrah ke beberapa kecamatan potensial.

 Nah Kecamatan Muara Wahau yang menjadi lokasi strategis untuk menjual diri. Sebab, Wahau merupakan kecamatan berkembang dari lainnya.  Di sana potensi sawit sangat melimpah. Warganya kian membeludak. Baik lokal maupun pendatang. Para pekerja perusahaan inilah yang menjadi incaran empuk bagi para PSK.

 “Penderita kian bertambah. Untuk total seluruhnya di Kutim saat ini sudah mencapai 343 dan 48 orang yang meninggal. Paling banyak memang dari Wahau,” ujar Harmadji.

 Untuk itu, dirinya tak membantah jika saat ini di Kutim tengah marak prostitusi terselubung. Baik di lokasi mewah seperti THM, hotel dan penginapan hingga di perkebunan sawit.

 Ini semua terjadi lantaran mereka tak lagi memiliki wadah khusus untuk menjajakan diri. Terpaksa, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka semua harus bergerak di bawah tanah.

 Imbasnya, tidak hanya menyasar pelanggan, akan tetapi turut menyulitkan KPAK untuk melakukan pembinaan. Petugas kewalahan untuk memberikan kontrol, pengobatan dan pendataan.

 Hal ini lantaran keberadaan mereka tak tentu. Baik untuk mangkal maupun tempat tinggal. KPAK harus kerja ekstra. Banyak cara yang ditempuh. Sehingga penderita maupun korban baru bisa diminimalisir.  “Memang lokakisasi sudah ditutup. Tetapi faktanya PSK masih berkeliaran. Justru kami kerepotan melakukan penanggulangan karena untuk bertatap muka dengan penderita sangat sulit. Alamat, dan tempat mangkal mereka tidak diketahui secara pasti,” katanya.

 Jika diteliti dengan cermat lanjutnya, sebenarnya jumlah penderita HIV/AIDs di Kutim sangat banyak. Mungkin ribuan. Mereka diperkirakan berumur mulai dari 21-40 tahun.

 “Kami selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat.  kami juga selalu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan penekanan penyebaran virus ini. Mulai dari bekerja sama dengan rumah sakit, Puskesmas dan lainnya. Diantaranya pemberian obat antiretrovirals (ARV) terhadap pasien secara gratis,” katanya. (yul116)

HIV/AIDS Terbanyak di Kecamatan Wahau

Rabu, 20/09/2017

Ilustrasi/Net

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.