Jumat, 22/09/2017

Warga Sulit Dapatkan Minyak Tanah

Jumat, 22/09/2017

ILUSTRASI/NET

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Warga Sulit Dapatkan Minyak Tanah

Jumat, 22/09/2017

logo

ILUSTRASI/NET

TANA TIDUNG – Konversi minyak tanah ke gas oleh pemerintah pusat ternyata cukup berimbas pada minimnya pasokan minyak tanah disejumlah daerah termasuk di Kabupaten Tana Tidung (KTT). Apalagi sekarang ini masyarakat lebih dominan memilih menggunakan gas ketimbang minyak tanah (mitan). 

Dengan langkanya mitan, masyarakat tetap rela membeli minyak tanah yang dijual pengecer dengan harga Rp 15 ribu perliternya untuk masyarakat yang masih menggunakan bahan bakar ini.

“Untuk kami yang sudah terbiasa menggunakan mitan untuk memasak mau tidak mau saja membeli soalnya kalau tidak dibeli mau masak pakai apa, penggunaan gas saya tidak terbiasa banyak kekhawatiran melihat kejadian-kejadian ledakan dan sebagainya yang sering disiarkan di televisi, makanya sampai sekarang lebih aman pakai mitan untuk memasak,” terang Suryah, warga Desa Tideng Pale Timur, Kecamatan Sesayap, belum lama ini.

Pasokan minyak tanah sebelumnya yang biasanya hanya diperoleh masyarakat sebulan sekali sebanyak 15 liter dari agen minyak tanah yang ada di Desa Sebidai ini kini sudah dialihkan ke penggunaan gas saja, padahal pembagian jatah agen mitan sebelumnya, tidak semua masyarakat bisa mendapatkannya dengan mudah ditambah jika tidak mengetahui secara pasti kapan pasokan datang maka masyarakat tidak akan kebagian, artinya masyarakat harus membeli mitan ke pengecer dengan harga Rp 13 ribu sampai Rp 15 ribu perliternya. 

Perbandingan harga dari pangkalan dan pengecer cukup terpaut jauh, dimana untuk harga agen Rp 11 ribu perliter sedangkan pengecer Rp 15 ribu perliternya, tapi karena kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak, terpaksa mereka beli meski dengan harga tinggi, mereka lebih memilih menggunakan mitan dengan harga mahal ketimbang menggunakan gas dengan segala resiko didalamnya.

“Sebetulnya kami berharap antara harga agen dengan pengecer tidak terpaut jauh, tapi kita sendiri juga tidak tahu apa yang menjadikan minyak tanah disini mahal, dengan harga segitu terpaksa juga kami lebih berhemat menggunakannya, meski kalau mau memasak menggunakan tungku bakar membutuhkan kayu bakar yang kini semakin sulit dicari,” jelasnya.

Kosongnya pasokan minyak tanah diKTT ini juga diyakini merupakan imbas dari minimnya keberadaan agen minyak tanah yang satu-satunya di Desa Tideng Pale,Kecamatan Sesayap saja untuk mengcover kebutuhan seluruh masyarakat di kabupaten ini, sementara kebiasaan masyarakat masih sulit dihilangkan dan tetap bertahan menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. 

“Sekarang masyarakat lebih banyak menggunakan gas makanya lebih banyak yang menjual gas daripada mitan, kalau sudah datang pasokan kami tetap membeli disesuaikan dengan uang yang dimiliki saja karena untuk memasok lebih banyak keuangan juga tidak cukup sementara pasokannya tidak menentu kadang ada dan kadang tidak, jadi serba salah kalau harus membeli mitan dengan harga Rp 15 ribu perliternya,” imbuhnya. (ifa) 


Warga Sulit Dapatkan Minyak Tanah

Jumat, 22/09/2017

ILUSTRASI/NET

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.