Senin, 16/10/2017

Tak Ada Listrik, Mesin Pembuat Es Masih Nganggur

Senin, 16/10/2017

TIDAK BERFUNGSI – Pabrik es curah di Desa Mangkupadi, Tanjung Palas Timur yang hingga kini belum juga difungsikan

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Tak Ada Listrik, Mesin Pembuat Es Masih Nganggur

Senin, 16/10/2017

logo

TIDAK BERFUNGSI – Pabrik es curah di Desa Mangkupadi, Tanjung Palas Timur yang hingga kini belum juga difungsikan

TANJUNG SELOR – Keberadaan mesin pembuat es serpihan atau ice flake berkapasitas 10 ton di Desa Mangkupadi Kecamatan Tanjung Palas Timur, hingga kini masih belum bisa difungsikan. Pabrik es yang dibangun dengan alokasi pembiayaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu, terkendala listrik yang belum masuk ke wilayah tersebut.

Informasi yang dihimpun sejatinya pembangunan pabrik es ini sudah selesai 100 persen sekitar November 2016 lalu. Akan tetapi hingga kini, pabrik es yang diperuntukkan bagi para nelayan di wilayah Tanjung Palas Timur tersebut, belum dapat digunakan alias masih nganggur.

Hal ini diakui oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Masri. Dia mengungkapkan, salah satu kendala belum bisa dioperasikannya alat tersebut, lagi-lagi adalah karena daya listrik untuk ke pabrik yang masih belum tersedia. 

Bahkan jikapun dimaksimalkan dengan penggunanan generator set (genset) akan memberatkan warga. Hal ini karena biaya untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk menghidupkan genset lebih besar ketimbang hasil yang akan diperoleh oleh nelayan. 

Terlebih sumber anggaran untuk penyediaan BBM juga belum bisa terpenuhi. “Pabrik es kapasitas 10 ton itu memerlukan daya sekitar 100 KvA. Nah sebelumnya kita upayakan bisa dikelola melalui koperasi, tapi ternyata itu juga tidak memungkinkan,” ujarnya. 

Sehingga salah satu alternatif lain adalah agar untuk pengoperasian pabrik itu, kata dia, ke depan bisa langsung oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) setempat. “Saat ini kita masih komunikasikan ke kementrian terkait, apakah diperbolehkan seperti itu atau tidak,” kata Masri. 

Diungkapkan, pembangunan ice flake tersebut merupakan proyek bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada  tahun anggaran 2016 lalu. Dengan nilai anggaran Rp 2,4 miliar. 

Masri mengatakan, mesin ini memiliki kapasitas besar yaitu mencapai 10 ton. Namun karena daya yang tidak ada, tidak bisa dioperasikan. 

Masyarakat sempat memfungsikan alat tersebut dengan menggunakan Genset. Namun karena biaya untuk pembelian BBM yang tinggi, dihentikan. Es curah yang dihasilkan belum sebanding dengan penghasilan nelayan yang masih dibawah dari kapasitas yang diperuntukkan. 

“Kurang tepat mungkin itu, padahal kalau kapasitasnnya diturunkan sedikit mungkin kita bisa maksimalkan genset saja sudah bisa operasi. Terlebih dengan produksi besar itu dimungkinkan juga belum bisa dimaksimalkan oleh para nelayan setempat,” jelasnya.

Masri berharap ke depan jika diperbolehkan dikelola oleh BUMDes, maka pembiayaan untuk kebutuhan BBM pabrik itu bisa terakomodir. 

“Jika berfungsi dengan baik, pabrik ini sangat membantu masyarakat. Terutama nelayan. Pasalnya selama ini mereka harus membeli es batu dengan harga mahal, itu pun kadang susah diperoleh. Nah dengan adanya es dari pabrik itu, nelayan gampang mendapatkan, untuk mengawetkan ikan-ikan hasil tangkapannya sebelum dijual. (an)

Tak Ada Listrik, Mesin Pembuat Es Masih Nganggur

Senin, 16/10/2017

TIDAK BERFUNGSI – Pabrik es curah di Desa Mangkupadi, Tanjung Palas Timur yang hingga kini belum juga difungsikan

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.