Minggu, 08/10/2017
Minggu, 08/10/2017
SESUAI KEINGINAN: Tri Murti (duduk tengah), bersama pengurus IODI Kaltim yang baru setelah digelarnya Musorprov akhir pekan kemarin. (FOTO: NANCY/KK)
Minggu, 08/10/2017
SESUAI KEINGINAN: Tri Murti (duduk tengah), bersama pengurus IODI Kaltim yang baru setelah digelarnya Musorprov akhir pekan kemarin. (FOTO: NANCY/KK)
SAMARINDA – Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, Tri Murti Rahayu yang memang digadang jadi ketua umum baru di Ikatan Olahraha Dance Sport Indonesia (IODI) Kaltim, akhirnya resmi menggantikan H Ellot Hartono hingga 2019 mendatang.
Kepastian itu diperoleh usai dilaksanakannya Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa (Musorprovlub) IODI Kaltim Sabtu (7/10) lalu di Hotel Selyca Mulya, Jl Bhayangkara yang diikuti 7 pengurus daerah yaitu Samarinda, Balikpapan, Kukar, Kutim, Bontang, Paser dan Berau. Hadir pada acara tersebut perwakilan PP IODI, Sekjen I Made Suparni dan Ketua Binpres Dedy Ratmoyo.
Setelah resmi terpilih, Tri Murti langsung menyatakan kesiapan organsiasi untuk mempersiapkan atlet ke kejurnas sekaligus rapat kerja nasional akhir bulan ini. Selain itu Tri akan menambah tiga kepengurusan di daerah yaitu Penajam Pasir Utara (PPU), Kubar dan Mahakam Ulu. “Kejurnas agenda utama kami, selain itu pembentukan IODI ditiga daerah juga jadi prioritas yang harus kami lakukan. Kami sudah komunikasi dengan Kadispora setempat, tinggal mengatur waktu pertemuan,” kata Tri.
Sasaran utama IODI Kaltim adalah Pra-PON 2019 sehingga untuk kepengurusan di daerah harus terbentuk dengan begitu peta kekuatan bisa merata. “Persaingam akan terjadi dan atlet-atlet terbaik di daerah bisa terlihat untuk diberikan pembinaan jangka panjang,” sebutnya.
Sekjen PP IODI Ni Made Suparmi secara terpisah mengatakan, ketua yang baru diharapkan membawa prestasi lebih meningkat. “Kami sangat apresiasi dengan Kaltim, karena setiap kejuaraan tingkat nasional tak pernah absen, bahkan di tingkat nasional atlet-atletnya juga berprestasi. Dua medali perak di PON 2016 lalu sudah pencapaian yang luar biasa,” papar Suparmi.
Terkait tidak dipertandingkan dansa di PON XX di Papua, pihaknya hingga saat ini terus mengupayakan dengan melakukan pendekatan langsung kepada KONI Pusat memperjuangkan agar dansa tetap bisa digelar. “Kuota yang diberikan tuan rumah Ppaua hanya bisa menampung 6 ribu atlet, sehingga ada pencoretan cabang olahraga nah salah satunya termasuk dance sport, karena dianggap subyektif dan ini yang nantinya akan kami jelaskan ke KONI bagaimana penilaiannya. Terus terang Papua sendiri protes karena mereka saat PON Jabar berhasil meraih 2 emas,” ungkapnya. (rgn)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.