SAMARINDA – Pendaftaran calon komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kaltim berakhir, Minggu (30/7) lalu. Sebanyak 73 pelamar resmi mendaftar. Sayangnya, dari keseluruhan berkas yang masuk, tercatat hanya 8 pelamar wanita. Sisanya didominasi pria. 

“Hanya ada 8 perempuan yang mendaftar sebagai calon komisioner,” kata anggota Timsel Bawaslu Kaltim Herdiansyah Hamzah, Senin (31/7) lalu.

Bagi dia, 8 orang calon komisioner perempuan itu sangat kecil. Apalagi bila dibandingkan dengan persentase 30 persen yang diinginkan. Tentu tidak akan mencukupi. Nah, sedikitnya jumlah pendaftar perempuan itu juga menggambarkan kegagalan sistem politik di Kaltim. 

“Seharusnya masa lima tahun itu digunakan untuk meningkatkan kesadaran melalui edukasi politik,” ujar Hamzah.

Ke depannya, Hamzah berharap pemerintah lebih memerhatikan keterwakilan wanita dalam dunia politik. Ini bisa menjadi pelajaran yang berharga, bagaimana minimnya minat wanita untuk ambil bagian dalam perhelatan politik. 

Disinggung soal tahapan pendaftaran, Hamzah menyebutkan, usai pengumpulan berkas, pihaknya akan melakukan proses verifikasi berkas. Ada beberapa pendaftar yang belum lengkap persyaratannya. Timsel memberikan batas waktu dua hari, terhitung Minggu lalu untuk memperbaiki berkas pendaftaran. 

Usai pengumpulan berkas, Timsel mulai menjadwalkan proses tahapan. Diantaranya adalah seleksi administrasi, kesehatan, psikologi, tes tertulis dan tes wawancara terkait kepemiluan. Proses pendaftaran masih mengacu pada aturan lama, yakni Undang-Undang 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu. Dalam aturan tersebut, hanya ada 3 anggota Bawaslu.

“Kami menyodorkan 6 nama ke Bawaslu RI untuk dipilih. Nantinya, Bawaslu RI akan melakukan fit and proper test untuk memilih tiga komisioner,” ucapnya. (sab)