Jumat, 29/11/2019

DPRD Balikpapan Belajar Atasi Konflik Sosial di Kota Madiun

Jumat, 29/11/2019

Wakil Ketua DPRD Balikpapan Subari (kanan) menyerahkan plakat kepada Sekretaris DPRD Kota Madiun Misdi usai kunjungan kerja untuk mempelajari penanganan konflik sosial. (Hendra/KoranKaltim.Com)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

DPRD Balikpapan Belajar Atasi Konflik Sosial di Kota Madiun

Jumat, 29/11/2019

logo

Wakil Ketua DPRD Balikpapan Subari (kanan) menyerahkan plakat kepada Sekretaris DPRD Kota Madiun Misdi usai kunjungan kerja untuk mempelajari penanganan konflik sosial. (Hendra/KoranKaltim.Com)

KORANKALTIM.COM, MADIUN - Kendati menjadi salah satu kota yang paling kondusif, Balikpapan tetap menyimpan potensi konflik sosial. Terlebih sejak diputuskan Ibu Kota Negara (IKN) pindah ke Kalimantan Timur.

Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Subari mengatakan, hampir 2 ribu orang pendatang masuk ke Madinatul Iman. Data itu ia dapatkan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

"Makanya kami belajar dengan Madiun dalam mengatasi konflik sosial walau kota kita sebenarnya sangat kondusif dan masyarakatnya multikultural," kata Subari, Jumat (30/11/2019).

Itu menjadi dasar Subari bersama puluhan anggota DPRD Balikpapan untuk melaksanakan kunjungan kerja ke DPRD Kota Madiun. Mengingat heterogennya warga kota minyak dengan 108 paguyuban harus dirawat kebersamaanya.

"Setiap informasi dan masukkan yang kita terima di sini (Madiun) akan dipelajari, terutama dalam menangani setiap konflik sosial yang sewaktu-waktu bisa terjadi," ujarnya.

Hasil kunjungan ini, lanjut Subari, akan didiskusikan kembali kepada sesama anggota DPRD Balikpapan. "Apakah nanti membuat perda, tentunya kami bicarakan dulu, termasuk ke Badan Pembentukan Peraturan Daerah," pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris DPRD Kota Madiun, Misdi menerangkan ada hari besar yang potensi konfliknya sangat tinggi, yakni peringatan 1 Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram. Gesekan bisa terjadi antar paguyuban pencak silat.

"Bahkan dua perguruan silat sudah saling berhadap-hadapan pada 2001 dan 2002. Untungnya aparat sigap untuk mengantisipasi," kata Misdi mengingat sejarah.

Belajar dari itu, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Madiun dan Gubernur Jawa Timur memberikan atensi serius. Kemudian 11 perguruan silat dikumpulkan untuk diberikan sosialisasi. "Dari situ hingga tahun ini sudah tidak ada lagi konflik sosial," tandasnya.


Penulis / Editor : Hendra



DPRD Balikpapan Belajar Atasi Konflik Sosial di Kota Madiun

Jumat, 29/11/2019

Wakil Ketua DPRD Balikpapan Subari (kanan) menyerahkan plakat kepada Sekretaris DPRD Kota Madiun Misdi usai kunjungan kerja untuk mempelajari penanganan konflik sosial. (Hendra/KoranKaltim.Com)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.