Minggu, 30/07/2017

Bekantan Bertahan Hidup di Bawah Tekanan

Minggu, 30/07/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Bekantan Bertahan Hidup di Bawah Tekanan

Minggu, 30/07/2017

BALIKPAPAN - Para peneliti menemukan populasi satwa dilindungi bekantan (Nasalis larvatus) di Teluk Balikpapan masih bertahan, namun menghadapi tekanan luar biasa dari berbagai aktivitas manusia di sekitarnya.

“Tekanan itu dari KIK hingga jalan penghubung dengan Pulau Balang,” kata peneliti dari University Czech of Life Science, Tadeas Toulec, di Balikpapan, dikutip dari Antara Kaltim.

KIK adalah Kawasan Industri Kariangau di barat laut Balikpapan, wilayah yang direncanakan sebagai kawasan industri seluas 3.540 hektare sesuai rencana tata ruang Balikpapan 2011-2031. Wilayah itu sebelumnya adalah hutan, semak, kebun-kebun penduduk, lahan kritis, dan hutan mangrove di mana kera berwarna oranye yang disebut bekantan itu hidup. 

Kini ada pelabuhan, pembangkit listrik, pergudangan, bengkel-bengkel, yang semuanya mengubah bentang alam kawasan itu. 

Jalan penghubung menuju Jembatan Pulau Balang dibangun melintasi hutan mangrove di bagian barat dan utara Hutan Lindung Sungai Wain.

“Kami melihat para bekantan kini terisolasi,” jelas Tadeas. Bekantan yang hidup di kawasan Sungai Somber di sepanjang jalur pipa air bersih Pertamina, misalnya, benar-benar terpisah dengan kawanan yang hidup di sepanjang pesisir Teluk Balikpapan, apalagi dengan yang di utara di Sungai Wain.

Selama dua bulan, antara pertengahan Mei hingga pertengahan Juli 2017, Tadeas bersama timnya menjelajahi kawasan pesisir Teluk dari selatan ke utara meliputi antara lain muara Sungai Puda, Sungai Berenga, Sungai Tengah, dan Sungai Tempadung. Bagian selatan di Sungai Somber, dan bagian utara di hulu-hulu sungai tersebut di atas. 

Pembangunan jalan menuju Jembatan Pulau Balang yang akan menghubungkan Balikpapan dengan Penajam Paser Utara memutus apa yang disebut pegiat lingkungan sebagai koridor satwa. 

Menurut Tadeas, satwa seperti bekantan memang tidur di hutan mangrove, tapi mencari makan ke tepi hutan. Tanaman yang mendominasi hutan mangrove, yaitu pohon bakau (Rhizopora mucronata), tidak menyediakan makanan bagi bekantan. 

“Pakan favorit bekantan itu daun perepat (Sonneratia alba) yang tumbuhnya justru di tepi hutan bakau, di bagian yang langsung bertemu arus pasang surut,” jelas Tadeus. Bagian itu ada di pesisir atau di kedua tepi sungai. 

Dengan terisolirnya kelompok-kelompok bekantan itu, Tadeus dan timnya khawatir akan kemungkinan bekantan kehabisan makanan sebab hanya beredar di satu kawasan saja sehingga tidak memberi kesempatan bagi pohon yang menjadi penyedia pakannya untuk tumbuh.

Di sepanjang Sungai Somber, terlihat beberapa pohon parepat yang meranggas karena daunnya terus dimakan bekantan. (ant)

Bekantan Bertahan Hidup di Bawah Tekanan

Minggu, 30/07/2017

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.