KORANKALTIM.COM, TENGGARONG – Warga Jl Sukmawira, Kelurahan Baru, Tenggarong, Kutai Kartanegara heboh. Seorang bocah diketahui bernama Fahriansyah (6) anak dari warga bernama Deni (33) menghilang selama dua jam pada Selasa (22/1/2019) sekitar pukul 10.00 WITA.

Pihak keluarga dibantu warga mencari ke sekolah, masjid bahkan sampai ke parit lingkungan rumahnya. Ibu Fahri, Ema (31) hanya bisa menangis kehilangan anaknya. Ternyata, Fahri ada di kolong meja kerja ayahnya dengan kondisi badan yang dingin dan lemas.

Hilangnya bocah ini sempat memicu cerita mistis di kalangan warga soal ulah mahluk halus yang sering menyembunyikan anak kecil. Di Kalimantan, ada legenda sosok gaib yang kerap kali dihbungkan dengan kasus hilangnya anak kecil. Sosok gaib itu disebut Belau.

“Sosok makhluk ini dalam keyakinan masyarakat, berperawakan kerdil dan liar. Dia tinggal di pedalaman hutan,” tukas Jamakiyah (64), salah satu warga Tenggarong.

Menurut orang tua ini, sudah  beberapa kasus anak hilang yang kerap dihubungkan dengan hantu Belau. Kejadian tidak selalu terjadi di hutan, melainkan juga di kawasan perkotaan. Belau sendiri dipercaya mampu menyembunyikan korbannya dengan dibawa ke alam tak kasat mata atau alam gaib dengan menyesatkannya di dalam hutan atau menyamar sebagai orang terdekat. 

“Secara tak sadar, korbannya diajak beraktivitas layaknya kehidupan di alam kasat mata sehingga korbannya tidak tahu kalau sedang disembunyikan,” beber Nenek Jamakiyah.

Benar tidaknya isu mistis di balik kisah hilangnya bocah Fahriansyah, dia akhirnya ditemukan lemas di bawah kolong meja ayahnya. “Padahal saya cukup lama duduk di meja kerja saya dan saya selonjoran, sama sekali tidak ada. Tidak tahu, tiba-tiba anak itu sudah ada di kolong meja saya,” kata ayah Fahri, Deni.

Ketika ditanya, si bocah yang sudah lemas itu mengaku bermain batu dengan seorang temannya. Padahal, di bahwa meja itu tidak ditemukan batu. “Alhamdulilah ditemukan dalam keadaan lemas tubuh dingin, tadi becerita main dengan kawannya main batu padahal dirumahnya dik da batu,” ujar seorang kerabat.

Penulis: Reza Fahlevi

Editor: Muh. Huldi