Senin, 10/06/2019

Dua Kali Terendam Banjir, Lahan Program Revolusi Jagung Gagal Panen

Senin, 10/06/2019

Kamarudin, petani jagung di RT 13 Desa Santan Tengah hanya bisa meratapi jagungnya yang gagal panen akibat dua kali terendam banjir ( Foto: reza / korankaltimcom)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Dua Kali Terendam Banjir, Lahan Program Revolusi Jagung Gagal Panen

Senin, 10/06/2019

logo

Kamarudin, petani jagung di RT 13 Desa Santan Tengah hanya bisa meratapi jagungnya yang gagal panen akibat dua kali terendam banjir ( Foto: reza / korankaltimcom)

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - Hujan deras semenjak hari raya Idulfitri hingga kemarin menyebabkan banjir di beberapa kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

 Salah satunya di Desa Santan Tengah, Kecamatan Marangkayu.  Puluhan hektare lahan produktif pertanian terendam banjir akibat meluapnya Sungai Santan setelah diterpa hujan yang cukup deras.

Kamarudin, seorang petani di RT 13, Desa Santan Tengah mengatakan lahan produktif yang dikelola kelompok tani yang ditanami kacang-kacangan, ubi jalar, blewah bahkan jagung dari program Revolusi Jagung milik pemerintah gagal panen akibat dua kali terendam banjir dalam satu bulan terakhir.

“Kalau (jagung) ini sudah tidak bisa dipanen, sudah 3 hari ini terendam banjir. Jagungnya sudah mau panen, tapi ini sudah tidak bisa dipanen. Untung punya saya sekitar 1 hektare saja, tapi kalau punya teman lainnya ada banyak yang terendam, satu anggota kelompok tani punya 3 hektare,” terang Kamarudin kepada Korankaltim.com.

Diperkirakan, sekitar 2 ton jagung gagal panen. Kerugian Kamarudin sendiri mencapai Rp6 juta  dari pembelian pupuk dan pembasmi hama, sementara untuk anggota kelompok tani lainnya belum diketahui jumlah kerugiannya.

Ketua BPD Santan Tengah, Mansur, mengatakan banjir tersebut sangat tidak mungkin terjadi jika hanya lantaran curah hujan di Santan Tengah yang tidak terlalu tinggi. Dia menduga, genangan air tersebut berasal dari daerah hulu Sungai Santan Tengah.

“Kalau dilihat dari warna air, air yang keluar itu keruh sekali, bercampur dengan lumpur, bahkan ada warna kehitam-hitaman. Kalau dari kita sih di desa kita tidak ada kegiatan yang berpotensi menyebabkan hal-hal seperti itu. Kalau dulu aja itu banjir tahunan karena hujan, airnya juga jernih seperti air hujan begitu saja, nah ini dia keruh,” ujarnya.

Mansur berharap adanya pembentukan tim khusus untuk melakukan investigasi penyebab banjir yang merugikan petani di desanya itu. 

“Ini ada faktor di luar kendali kita yang berada di wilayah dampak. Karena jujur kalau kita lihat dalam satu bulan terakhir, dua kali kena banjir, itu pasti dampak bercocok tanamnya juga terganggu kalau begini. Kita  prihatin dari paparannya petani tadi karena kerugiannya satu sampai tiga juta itu luar biasa. Dan tidak mungkin lah dengan jumlah drainase, sodetan yang disiapkan oleh kita dan pemerintah desa, debit air hujan di kampung itu masih bisa diatasi," katanya.

Dia menduga ada hujan di hulu, kemudian meluapnya Sungai Santan yang dampaknya merendam lahan pertanian sampai 3 hari bahkan satu minggu. "Soalnya Sungai Bawang kan belum surut,” pungkasnya.


Penulis: Reza Fahlevi

Editor : M.Huldi

Dua Kali Terendam Banjir, Lahan Program Revolusi Jagung Gagal Panen

Senin, 10/06/2019

Kamarudin, petani jagung di RT 13 Desa Santan Tengah hanya bisa meratapi jagungnya yang gagal panen akibat dua kali terendam banjir ( Foto: reza / korankaltimcom)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.