Sabtu, 03/08/2019

Meski Direkomendasikan Golongan Narkotika, Peneliti Ini Ungkap Banyak Manfaat Kratom

Sabtu, 03/08/2019

Masayarakat Desa Melintang, Muarawis yang mengumpulkan daun kratom/kedemba sebagai sampingan ketika air danau surut. (Foto: Reza/Korankaltim.com)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Meski Direkomendasikan Golongan Narkotika, Peneliti Ini Ungkap Banyak Manfaat Kratom

Sabtu, 03/08/2019

logo

Masayarakat Desa Melintang, Muarawis yang mengumpulkan daun kratom/kedemba sebagai sampingan ketika air danau surut. (Foto: Reza/Korankaltim.com)

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - Kratom adalah jenis pohon yang tumbuh liar dan dikenal masyarakat Kukar dengan sebutan kedemba. Nama latinnya Mitragyna Speciosa Korth.

Saat ini, belum ada kejelasan terkait legalitas kedemba di Indonesia. Kedemba berstatus ilegal di banyak negara seperti Malaysia, Thailand, Birma, juga Australia.

Ada juga yang dikendalikan penggunaannya seperti di Jerman, Finlandia, Rumania, dan Selandia Baru karena kandungan zat mitraginin didalamnya dapat menimbulkan efek sama halnya zat psikotropika.

Peneliti di Balai Besar Litbang Ekosistem  Hutan Dipterokarpa, Samarinda, Rina Wahyu Cahyani, sempat melakukan penelitian Kratom di wilayah kerja KPHL Gerbang Barito, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengungkapkan potensi kedemba sebagai obat tradisional. Masyarakat di Kalteng menggunakan daun kedemba atau kayu sapat untuk mengobati penyakit maagh, diare, diabetes dan tekanan darah tinggi. Seperti diketahui, masyarakat Kutai juga menggunakan seduhan daun  kedemba untuk diminumkan kepada wanita setelah melahirkan, sebagai antibiotik atau antiseptik. Kulit kayu daun kedemba juga dipergunakan sebagai bahan bedak dingin dan antimalaria. Kayu kedemba bersifat kuat dan keras, jadi cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan meubel.

“Sebenarnya penggunaan sendiri oleh masyarakat sangat sedikit. Masyarakat lebih banyak menjual daun kedemba ini karena memang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Daun kedemba kering diolah dan diekspor dalam bentuk tepung. Setahu saya di luar negeri digunakan sebagai obat untuk mengatasi kecanduan narkoba karena bersifat opiat atau efek seperti opium,” ungkap Rina dikonfirmasi Korankaltim.com, belum lama ini.

Sejauh ini, terang Rina, belum ada laporan masyarakat yang menyalahgunakan Kratom/kedemba sebagai zat adiktif seperti jenis tumbuhan kategori narkotik lainnya.

“ Efek suatu zat tergantung pada dosis dan cara pemakaian. Selama ini masyarakat menggunakan kedemba sebagai obat tradisional dalam bentuk seduhan teh atau rebusan daun segar. Efeknya hanya merasa badan lebih segar bukan efek ‘fly’ seperti yang banyak diberitakan,“ terangnya.

Sudah ada tim komnas yang dibentuk untuk menentukan arah kebijakan Kratom dan merekomendasikan tunbuhan ini dalam golongan narkotika. Namun, Rina yang pernah diundang untuk memaparkan hasil kajian ekologi kratom pada acara Round Table Discussion yang diselenggarakan oleh Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional di Solo, Jawa Tengah, menyebutkan pembahasan arah kebijakan Kratom ini masih panjang karena rekomendasinya memang harus diteliti lebih lanjut. Menurutnya, dalam acara tersebut juga direkomendasikan untuk melihat sisi positif apakah kratom bisa dikembangkan sebagai obat.

“Info dari hasil diskusi kemarin, 90 persen obat-obat yang manfaatnya ada dalam kandungan Kratom itu kebanyakan masih impor,” bebernya.

“Menurut Direktur Rumah Sakit Ketergantungan Obat, pasiennya bahkan ada yang hidupnya tergantung pada obat dan sebagian besar adalah obat impor, kalau memang misalkan itu berpotensi untuk menggantikan bahan impor itu kenapa tidak dijadikan sebagai obat,” tegasnya.


Rina membeber banyak manfaat Kratom dalam ekosistem. Baik dari sisi penyerapan karbon, manfaat kehutanan hingga penahan abrasi sungai. Sebut saja, Kratom memiliki perakaran yang kuat sehingga bisa mengikat tanah yang ada di pinggir sungai, tumbuhan kratom bisa bertahan hidup pada genangan air dalam kurun waktu yang cukup lama.

Dari sisi manfaat karbon; secara umum tumbuhan menyerap karbon dioksida dari udara sebagai salah satu bahan utama dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis selanjutnya disimpan dalam masing-masing organ tubuh tumbuhan, pengurangan jumlah tumbuhan dalam suatu ekosistem akan mengurangi jumlah penyerapan karbondioksida dari udara, peningkatan jumlah karbondioksida di udara akan berpengaruh terhadap perubahan iklim global salah satunya pemanasan global/efek gas rumah kaca.

Bahkan, Kratom sangat berguna bagi hewan lain. Beberapa jenis hewan primata memakan daun kratom setelah mereka melahirkan anaknya. Kratom mempunyai peranan penting dalam aspek ekologi dan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan.

“Intinya, kratom banyak manfaat. Kalau ada pemusnahan kratom secara menyeluruh dan dalam satu waktu akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa peningkatan erosi dan jumlah karbondioksida di udara. Hilangnya kratom sebagai mata pencaharian utama penduduk juga akan meningkatkan kembali gangguan terhadap hutan,” tegasnya.


Penulis: Reza Fahlevi

Editor : M.Huldi

Meski Direkomendasikan Golongan Narkotika, Peneliti Ini Ungkap Banyak Manfaat Kratom

Sabtu, 03/08/2019

Masayarakat Desa Melintang, Muarawis yang mengumpulkan daun kratom/kedemba sebagai sampingan ketika air danau surut. (Foto: Reza/Korankaltim.com)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.