Selasa, 20/08/2019

Erau dan Festival Dijadikan Satu Tak Masalah, Tapi Ada Ketimpangan

Selasa, 20/08/2019

Aji Qamara Hakim

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Erau dan Festival Dijadikan Satu Tak Masalah, Tapi Ada Ketimpangan

Selasa, 20/08/2019

logo

Aji Qamara Hakim

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - Akademisi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Kaltim, Aji Qamara Hakim mengatakan sah-sah saja jika pelaksanaan Erau Adat Kutai dan Festival Kesenian Rakyat Internasional diselenggarakan bersamaan selama tidak ada ketimpangan dan saling menunjang satu sama lain.

Hanya saja, menurut Qamara, selama ini perhatian pemerintah selama pelaksanaannya belum semua disamaratakan. “Dijadikan satu juga tidak masalah, tapi problemnya adalah, kita lebih senang memandang ke luar dibandingkan memandang kedalam diri sendiri, itu yang terjadi. Sehingga yang di elu-elukan diluar, untuk mendapatkan performa yang baik di luar tapi yang didalam kan jadi borok, makanya mau di kembalikan lagi (Erau pada marwah),” ujar Qamara kepada Korankaltim.com, Selasa (20/8/2019) pagi tadi.

Festival-festival yang dilaksanakan secara swadaya di kampung-kampung, sebutnya, merupakan bentuk pemberontakan atas Erau yang tidak sesuai marwah. Kemudian pada tahun ini diketahui konsep-konsep Erau pada zaman dulu akan dikembalikan sebagaimana mestinya, 18 kecamatan yang ada akan membawa kearifan lokal dan diharapkan membawa hasil bumi untuk Beseprah, atau yang diketahui selama ini sebagai makan bersama.

“Saya berharapnya begitu, mereka masing-masing bawa perahu, disungai berjejer gitu di dermaga kan asik, tapi apakah itu nanti bisa terlaksana tergantung dari panitianya, beberapa waktu lalu ada rapat kekerabatan kan, itu saya tidak hadir sih, tapi itu tahap awal rapatnya, semoga dari rapat itu ada muncul ide-ide seperti itu, setidaknya mengembalikan Erau pada fungsinya,” kata Qamara lagi.

Qamara menyebutkan, ada beberapa bentuk manifestasi dalam pelaksanaan Erau, termasuk rasa syukur. Raja atau sultan pun tidak diperkenankan menapaki tanah, karena semua dari seluruh penjuru akan datang ke Kedaton untuk berpesta dan dilayani Kerabat Kesultanan. 

“Kalau hasil bumi dibawa maka nanti dimasak oleh Kerabat, itu lah Beseprah , bukan Beseprah yang itu (disediakan berbagai instansi). Atau daripada mereka melongo siang-siang hari, munculah permainan rakyat, ada belogoh, begasing, sebenarnya acara intinya adalah melihat acara berpelas sultan yang dieraukan begitu, itu sih pesta adatnya,” pungkasnya. (*)


Penulis: Reza Fahlevi

Editor: Aspian Nur

Erau dan Festival Dijadikan Satu Tak Masalah, Tapi Ada Ketimpangan

Selasa, 20/08/2019

Aji Qamara Hakim

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.