Jumat, 11/10/2019

Bupati Kunjungi Kaspul, Warga yang Hidup dengan Pen Tulang Selama 3 Tahun karena Tak Punya Biaya Operasi

Jumat, 11/10/2019

Kunjungan Edi ke RSUD AM Perikesit dan memastikan Kaspul sudah langsung ditangani (Foto: Heriansyah/korankaltimcom)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Bupati Kunjungi Kaspul, Warga yang Hidup dengan Pen Tulang Selama 3 Tahun karena Tak Punya Biaya Operasi

Jumat, 11/10/2019

logo

Kunjungan Edi ke RSUD AM Perikesit dan memastikan Kaspul sudah langsung ditangani (Foto: Heriansyah/korankaltimcom)

KORANKALTIM.COM,TENGGARONG -Mendengar kabar salah satu warganya belum bisa melanjutkan operasi karena tidak memiliki uang, Bupati Kukar Edi Damansyah  berkunjung langsung ke RSUD AM Parikesit Tenggarong Seberang, Jumat (11/10).

Edi mendengar keluh kesah dari warganya bernama Kaspul (38) yang mengalami patah tulang kering kaki kanannya dengan pen operasi masih menempel selama 3 tahun.

Edi didampingi Plt Dirut RSUD AMP Dr. Martina Yulianti dan dokter spesialis orthopedi dan bedah tulang dr Patritius Kelik beserta komunitas peduli sosial dari I Care Kaltim. Edi sesekali memberikan semangat moril dan mencandai agar Kaspul tetap tegar.

Edi mengatakan Pemkab Kukar dan pihak rumah sakit akan membantu semaksimal mungkin untuk operasi pencabutan pen  hingga fisioterapi setelah operasi rampung dilaksanakan.

“Jadi tadi saudara dari komunitas peduli sosial I Care Kaltim tadi sudah duluan membawa warga ini ke rumah sakit. Jadi kita berkunjung langsung untuk memastikan dengan BPJS dan ini rampung (administrasinya, Red.) selanjutnya dilakukan tindakan operasi yang menurut informasi dokter tadi besok. Mari kita doakan bersama dari hasil rontgen tadi kondisi tulangnya sudah membaik,” kata Edi kepada KORANKALTIM.COM.

Edi berharap penanganan Kaspul berjalan lancar dan bisa pulih.  Dalam kesehariannya, pria ini tetap berusaha menafkahi istri dan dua orang anaknya.  

Kondisi keterbatasan membuat anak sulungnya terpaksa putus sekolah sejak kelas 5 SD.

“Kita tadi sudah komunikasi kepada kawan I Care agar putranya ini melalui langkah ikut paket A paket B, ini langkah-langkah kita. Terimakasih kami ucapkan semua pihak yang peduli sehingga saudara kita ini bisa langsung ditangani di rumah sakit,” harapnya.

Diketahui, kendala biaya membuat Kaspul terpaksa hidup menahan sakit. Ada 6 pen yang tertanam di kaki kanannya selama 3 tahun. 

Warga Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu ini masih berusaha bekerja meski enam pen tertanam di dalam tulang keringnya dan . sebagian lagi mencuat ke luar. 

Keberadaan 6 pen ini sangat mengganggu aktivitasnya. Sesekali ketika kakinya melangkah, ia kerap merasakan nyeri. Setiap berjalan ia harus dibantu tongkat. Seharusnya pen di kakinya itu sudah waktunya dilepas. ,  Kaspul menceritakan, tiga tahun silam, ia mengendarai motor bersamananak laki-lakinya melewati jalan hauling batu bara. Dari arah belakang kendaraan berat mau melintas. Kaspul menepikan motornya untuk memberi lewat kendaraan berat itu. Tanpa diduga, roda kendaraan berat itu melindas batu besar seberat 5 kg dan batu itu terpental dan mengenai tulang kering kaki kanan Kaspul hingga berdarah.

“Tulang kaki saya langsung patah. Saya dibopong ke mobil dan dilarikan ke RSUD IA Moeis Samarinda Seberang,” ujar Kaspul.

Ia segera mendapat penanganan dari tim dokter di sana. Kakinya diberi pen. Perusahaan membantu biaya Rp 5 juta untuk pasang pen. 

Kini,  3 tahun berlalu. Pen di kakinya sudah saatnya dilepas. Pihak perusahaan sudah tidak menanggung lagi biaya pelepasan pen di kakinya. Ia hanya berharap uluran tangan para dermawan.

Kaspul menjadi tumpuan istri dan kedua orang anaknya. Dalam kondisi kaki tertanam pen, ia harus tetap bekerja. Ia memulung besi dan plastik saat sungai surut. Ia menggunakan perahu. 

“Hasil memulung dijual, sehari bisa laku Rp 40 ribu, pernah juga dapat Rp 60 ribu, tapi sehari juga pernah tidak dapat sama sekali. Kalau air sungai pasang, penghasilan saya malah berkurang, paling dapat Rp 20-30 ribu. Karena saya tidak mungkin menyelam untuk mencari plastik dan besi di dasar sungai dalam kondisi kaki seperti ini,” tuturnya.

Sesekali Kaspul merasakan nyeri di kaki jika ia banyak bergerak.

“Paling sengsara itu kalau waktunya tidur. Kaki dalam posisi apapun, bahkan dimiringkan tetap akan terasa sakit, apalagi saat pen bersentuhan dengan lantai,” ucapnya.

Akibatnya, ia kerap tidur larut malam sekitar pukul 03.00 dinihari ketika mata betul-betul mengantuk. Karena kalau tidur terlalu awal, ia tidak tahan dengan siksaan sakit yang luar biasa.

Suatu hari pen di kakinya pernah menyangkut di anak tangga lantai rumahnya. “Sakitnya minta ampun sampai ke kepala,” ucapnya.

Lubang pen yang menancap ke kulit kakinya kerap mengeluarkan darah akibat gesekan setiap kali ia bergerak.

Saat ini, Kaspul dan keluarganya tinggal di rumah kayu Jl Gerbang Dayaku Gang Ayil RT 03, Desa Jembayan.

Dia diminta untuk menempati rumah itu sedangkan pemilik rumah tinggal di Loa Duri. Jauh sebelum kakinya dipasang pen, Kaspul pernah kerja di perusahaan kayu.

Kini, putra sulungnya yang putus sekolah saat kelas 5 SD telah berusia 17 tahun.  Sedangkan anak bungsunya sudah beranjak 7 tahun.


Penulis:  Muhammad Heriansyah

Editor : M.Huldi



Bupati Kunjungi Kaspul, Warga yang Hidup dengan Pen Tulang Selama 3 Tahun karena Tak Punya Biaya Operasi

Jumat, 11/10/2019

Kunjungan Edi ke RSUD AM Perikesit dan memastikan Kaspul sudah langsung ditangani (Foto: Heriansyah/korankaltimcom)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.