Rabu, 06/11/2019
Rabu, 06/11/2019
Kakek Suhendri (foto: dok Koran Kaltim)
Rabu, 06/11/2019
Kakek Suhendri (foto: dok Koran Kaltim)
KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - Hasrat Abah Suhendri masih terjaga untuk melestarikan berbagai jenis pohon kayu dan berbagai tanaman di hutan Argoforestri, Jalan Pesut, Kelurahan Bukit Biru, Tenggarong yang dia rintis sejak 1980 silam.
Diketahui, ada 50 jenis kayu di lahan seluas satu hektare lebih miliknya itu.
Mulai dari Ulin, Meranti, Gaharu, Pinus dan masih banyak jenis pohon lainnya ditanam dan dirawat secara mandiri oleh kakek berumur 77 tahun itu. Bibitnya sendiri dia dapatkan dengan berkeliling daerah. Bibit pohon yang tidak ada di Kukar dia cari ke wilayah lain.
"Tahun 1980 dibuka, pada 1981 baru mulai perubahan yang bener-bener. Mulai dari padi, terus hingga jagung, kopi segala macem terus naik-naik, nah disitulah. Dulu mah ini alang-alang nih," ungkap kakek asal Jawa Barat itu kepada awak media belum lama ini.
Kakek Suhendri menyebutkan, upaya penanaman pohon hutan mini miliknya itu diawali dari keinginan untuk mengubah perekonomian, selepas selesai bekerja sebagai karyawan di perusahaan kayu.
Menelusuri perjalanannya dahulu, sembari bercocok tanam benih padi dan jagung, dia kerap memikirkan bagaimana caranya meningkatkan perekonomian. Hingga munculah ide untuk membangun hutan mini ini.
"Kita nanam padi, nanam jagung, tapi diselipkan bagaimana ke depan pengganti ekonomi tadi. Kalau jagung kan terus-terusan tenaga. Tapi kalau tanam kopi, empat tahun sudah berbunga," ucapnya.
Tidak hanya dari universitas lokal, hutan miliknya ini sudah dikunjungi peneliti dari 20 negara. Kakek Suhendri juga diketahui mempunyai jiwa dan prinsip nasionalisme yang tinggi.
Hal itu tampak ketika memasuki gubuk kecil miliknya. Di dalamnya terdapat lambang Garuda Pancasila, foto sang pendiri bangsa Ir Soekarno dan Mohammad Hatta, klipingan koran yang berisi dirinya menolak Rp 10 miliar dari investor untuk menjual lahannya, hingga pigura kalimat-kalimat berbau nasionalisme lainnya.
Melihat kondisi hutan Kalimantan Timur yang saat ini rusak akibat pembalakan liar dan pembukaan lahan, dia berpesan kepada masyarakat Kukar, terutama kalangan akademisi kehutanan untuk terus menjaga kelestarian hutan Kaltim yang dikenal dengan paru-paru dunia.
"Sebagai paru-paru dunia kenapa dia rusak? Akibatnya pemanasan global, makanya itu Kalimantan harus dihijaukan kembali karena Universitas Mulawarman ada di Kalimantan, perlu mempertahankan yang dia punya," pungkasnya.
Penulis: Reza Fahlevi
Editor: M.Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.