Minggu, 15/12/2019

Dulu Tak Ada UN, Jokowi Bisa Jadi Presiden

Minggu, 15/12/2019

Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi. (Foto: Rusdi/Koran Kaltim)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Dulu Tak Ada UN, Jokowi Bisa Jadi Presiden

Minggu, 15/12/2019

logo

Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi. (Foto: Rusdi/Koran Kaltim)

KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi setuju dengan rencana penghapusan Ujian Nasional (UN). Meski secara teknis, ia menyerahkan sepenuhnya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Penghapusan UN, itu terserah menteri lah" ujarnya ketika ditemui KoranKaltim.Com di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Kaltim, 13 Desember 2019 lalu.

Sejak dulu Hadi beranggapan, standarisasi tanpa dibarengi penyetaraan kualitas dan mutu pendidikan secara nasional, justru akan menjadi beban.

"Kalau saya, dari dulu ujian itu lokal.  Karena yang lebih tahu kebutuhan lokal ya lokal. Yang namanya seragam-seragam itu tidak akan menguntungkan," tukasnya.

Bahkan, Hadi yang juga berkecimpung di dunia pendidikan Kota Samarinda dan Kaltim mengatakan, UN harusnya tak menjadi satu-satunya tolok ukur kelulusan dalam proses pendidikan.

"Kan dulu tidak ada ujian nasional, Pak Isran jadi Gubernur. Ya kan, Jokowi tidak ada ujian nasional jadi Presiden" ungkap Hadi lalu tertawa.

Meski setuju penghapusan UN, Hadi menyebut tak setuju dengan wacana Mendikbud Nadiem Makarim untuk mengurangi waktu sekolah.

"Pengurangan hari sekolah saya kurang setuju. Perlu  evaluasi. Karena kalau SD kurangi 2 tahun, SMP kurangi 2 tahun jadi potong 4 tahun. Itu nanti terkait dengan kematangan," jelas Hadi.

Artinya, lanjut Hadi, total waktu sekolah hanya 8 tahun. Sedangkan berdasarkan hasil kajian di negara maju, kata Hadi lama waktu sekolah ideal berkisar 10 tahun.

Sementara saat ini,  Indonesia masih menerapkan waktu sekolah selama 12 tahun. "Kalau 8 tahun, untuk negara yang baru berkembang, saya khawatir nanti lahir generasi yang tidak matang," pungkasnya.


Penulis : Rusdi

Editor : Hendra



Dulu Tak Ada UN, Jokowi Bisa Jadi Presiden

Minggu, 15/12/2019

Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi. (Foto: Rusdi/Koran Kaltim)

Berita Terkait


Dulu Tak Ada UN, Jokowi Bisa Jadi Presiden

Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi. (Foto: Rusdi/Koran Kaltim)

KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi setuju dengan rencana penghapusan Ujian Nasional (UN). Meski secara teknis, ia menyerahkan sepenuhnya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Penghapusan UN, itu terserah menteri lah" ujarnya ketika ditemui KoranKaltim.Com di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Kaltim, 13 Desember 2019 lalu.

Sejak dulu Hadi beranggapan, standarisasi tanpa dibarengi penyetaraan kualitas dan mutu pendidikan secara nasional, justru akan menjadi beban.

"Kalau saya, dari dulu ujian itu lokal.  Karena yang lebih tahu kebutuhan lokal ya lokal. Yang namanya seragam-seragam itu tidak akan menguntungkan," tukasnya.

Bahkan, Hadi yang juga berkecimpung di dunia pendidikan Kota Samarinda dan Kaltim mengatakan, UN harusnya tak menjadi satu-satunya tolok ukur kelulusan dalam proses pendidikan.

"Kan dulu tidak ada ujian nasional, Pak Isran jadi Gubernur. Ya kan, Jokowi tidak ada ujian nasional jadi Presiden" ungkap Hadi lalu tertawa.

Meski setuju penghapusan UN, Hadi menyebut tak setuju dengan wacana Mendikbud Nadiem Makarim untuk mengurangi waktu sekolah.

"Pengurangan hari sekolah saya kurang setuju. Perlu  evaluasi. Karena kalau SD kurangi 2 tahun, SMP kurangi 2 tahun jadi potong 4 tahun. Itu nanti terkait dengan kematangan," jelas Hadi.

Artinya, lanjut Hadi, total waktu sekolah hanya 8 tahun. Sedangkan berdasarkan hasil kajian di negara maju, kata Hadi lama waktu sekolah ideal berkisar 10 tahun.

Sementara saat ini,  Indonesia masih menerapkan waktu sekolah selama 12 tahun. "Kalau 8 tahun, untuk negara yang baru berkembang, saya khawatir nanti lahir generasi yang tidak matang," pungkasnya.


Penulis : Rusdi

Editor : Hendra



 

Berita Terkait

Lokasi CFD Tenggarong Pindah Besok Pagi, SK2 Bakal Bagikan 200 Sapoh untuk Para Pedagang

Pj Gubernur Kaltim Pantau Banjir di Mahulu, Penyaluran Listrik, Bantuan Pangan dan Air Bersih jadi Prioritas Awal

Dukung Gerakan Literasi Desa, Paser Terima Mobil Pusling diJakarta

Warga RT 13 Kelurahan Baru, Tenggarong Berembuk Manfaatkan Dana Rp50 Juta

Setelah Balikpapan, Dinkes Kaltim Siap Vaksinasi Lima Ribu Anak di Kota Samarinda

Dinsos Kaltim Kirim 1.500 Paket ke Mahulu, Kemensos RI juga Segera Beri Bantuan

Ribuan Orang Hadiri Tabligh Akbar Ustaz Abdul Somad di Masjid Al Qadar Tenggarong Siang Tadi

Kecamatan Tabang Diterjang Banjir Imbas Hujan di Hulu Sungai Belayan, BPBD Kukar Turunkan Tim Pantau Potensi Banjir Kiriman dari Mahulu

Hendak Menyeberang Jalan Saat Banjir di Mahulu, Karyawan Warung PHP Sebenaq Meninggal Dunia Pagi Tadi

Aktivitas Warga di Ibu Kota Mahulu Mulai Normal Setelah Sempat Diterjang Banjir

Kerap Mencuri di Rumah Kosong, Warga Perum Handil Kopi Sambutan Diciduk Polisi

Pabrik Smelter di Sangasanga Kembali Terbakar, Tiga Orang Alami Luka-Luka

Proyek Peningkatan Sistem Drainase Perkotaan di Tanjung Redeb Habiskan Anggaran Rp23,7 Miliar

Pengembangan Lahan Kakao Berau Baru 500 Hektare, Kelompok Tani Diminta Tak Alih Fungsikan Lahan

Ketergantungan Kaltim pada Sektor Pertambangan jadi Sorotan

Petani Kakao di Berau Diminta Bermitra dengan Perusahaan

Libatkan 14 Perusahaan, Disnaker Samarinda Buka Job Fair Pekan Depan

Aplikasi Perjalanan Dinas Dikritisi Anggota DPRD Samarinda, Sebut Jalan-Jalan untuk Adopsi Tata Kota

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.