Senin, 05/06/2017
Senin, 05/06/2017
Senin, 05/06/2017
SAMARINDA - Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kaltim, Saifi mengungkap tren perceraian di Kaltim cukup tinggi. Data perceraian sepanjang tahun 2016 didominasi tuntutan pihak perempuan.
Saifi membeber, angka pernikahan selama 2016 berjumlah 18.257. Sayangnya, sekitar 8.000 diantaranya berujung perceraian.
“Menilik angka perceraian 2015, hanya di kisaran 2.300 pasangan berujung perceraian. Dari 2.300 itu, dua pertiga atau sekitar 60 persennya yang meminta cerai adalah perempuan,” ujar Saifi saat menyampaikan laporan kepada Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin di kantor Kemenag Kaltim belum lama ini.
Untuk itu, lanjut dia pembinaan pengantin akan lebih ditekankan kepada kaum wanita. “Karena trennya di tangan ibu-ibu maka nasehat perkawinan kami terarah pada ibu-ibu,” tukasnya. Lanjut dijelaskannya hakekat pernikahan yang sakral mulai mengalami erosi, atau pengikisan makna. “Orang mudah bercerai dengan beragam persoalan,” imbuhnya.
Sementara Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin kurang sepakat jika perempuan memiliki andil paling besar dalam memicu tingginya angka perceraian. “Bisa jadi laki-laki lah penyebabnya,” katanya.
Ia melanjutkan baik suami maupu istri punya tanggung jawab yang sama mempertahankan rumah tangga, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Karenanya, pembinaan keluarga amatlah penting.
Jika keluarga sebagai bentuk terkecil organisasi bangsa bermasalah kata Lukman, masyarakat dan negara juga ikut rusak.
“Kami sejak tahun lalu kembali menggalakkan kursus calon pengantin (Kurcatin). Sebab, remaja yang ingin memasuki fase pernikahan umumnya tidak cukup pengetahuan tentang menikah,” ungkap Lukman. (rs)
SAMARINDA - Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kaltim, Saifi mengungkap tren perceraian di Kaltim cukup tinggi. Data perceraian sepanjang tahun 2016 didominasi tuntutan pihak perempuan.
Saifi membeber, angka pernikahan selama 2016 berjumlah 18.257. Sayangnya, sekitar 8.000 diantaranya berujung perceraian.
“Menilik angka perceraian 2015, hanya di kisaran 2.300 pasangan berujung perceraian. Dari 2.300 itu, dua pertiga atau sekitar 60 persennya yang meminta cerai adalah perempuan,” ujar Saifi saat menyampaikan laporan kepada Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin di kantor Kemenag Kaltim belum lama ini.
Untuk itu, lanjut dia pembinaan pengantin akan lebih ditekankan kepada kaum wanita. “Karena trennya di tangan ibu-ibu maka nasehat perkawinan kami terarah pada ibu-ibu,” tukasnya. Lanjut dijelaskannya hakekat pernikahan yang sakral mulai mengalami erosi, atau pengikisan makna. “Orang mudah bercerai dengan beragam persoalan,” imbuhnya.
Sementara Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin kurang sepakat jika perempuan memiliki andil paling besar dalam memicu tingginya angka perceraian. “Bisa jadi laki-laki lah penyebabnya,” katanya.
Ia melanjutkan baik suami maupu istri punya tanggung jawab yang sama mempertahankan rumah tangga, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Karenanya, pembinaan keluarga amatlah penting.
Jika keluarga sebagai bentuk terkecil organisasi bangsa bermasalah kata Lukman, masyarakat dan negara juga ikut rusak.
“Kami sejak tahun lalu kembali menggalakkan kursus calon pengantin (Kurcatin). Sebab, remaja yang ingin memasuki fase pernikahan umumnya tidak cukup pengetahuan tentang menikah,” ungkap Lukman. (rs)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.