Jumat, 18/01/2019

Toleransi Agama Mulai Luntur

Jumat, 18/01/2019

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Toleransi Agama Mulai Luntur

Jumat, 18/01/2019

logo

Oleh: Yoel Hendrik

(Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Nahdlatul Ulama Kaltim) 



INDONESIA merupakan negara dengan kultur budaya dan sosial yang sangat beragam. Berbagai macam suku, budaya, agama, ras, dan cara berperilaku dalam masyarakat mewarnai kehidupan bertoleransi di negara ini. Semangat toleran jugalah yang digunakan dan menghasilkan persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat Indonesia untuk membasmi penjajah Belanda dan Jepang untuk merebut kemerdekaan kala itu. Namun kenyataannya saat ini, mayoritas masyarakat Indonesia seperti kehilangan semangat toleransi. Semakin maraknya aksi kekerasan dan penindasan terhadap kaum minoritas membuat wajah indah Indonesia sebagai negara yang toleran semakin memudar.

Kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun juga menambah daftar dan fakta bahwa semakin hari semakin banyak masyarakat kita yang terkenal plural dan toleran itu mulai luntur. Contoh permasalahan yang baru-baru terjadi pada awal 2019 dan menjadi viral melalui sosial media yakni aksi protes terhadap umat Kristiani di Gereja Bethel Indonesia Jemaat Filadelfia Medan, Sumatera Utara. Ketika mereka ingin memulai ibadah pagi, gereja diserang oleh warga sekitar dan memaksa agar ibadah dihentikan. Menurut laporan Kapolsek Medan Labuhan Kompol Rosyid Hartanto, aksi yang dilakukan warga sekitar merupakan protes terhadap berubahnya fungsi bangunan yang tidak sesuai aturan, yaitu tempat ibadah tersebut belum memiliki izin yang sah. Sedangkan menurut akun yang memviralkan kejadian tersebut mengatakan bahwa pihak gereja sudah berusaha untuk mendapatkan izin dengan memenuhi syarat dan berhasil mengumpulkan tanda tangan dan cap jempol warga sebanyak 90. Namun nyatanya tetap sulit untuk bisa melaksanakan ibadah. 

Dari kasus tersebut bisa kita lihat bahwa kaum minoritas di Medan saat ini sulit untuk mendapatkan haknya karena kurang mendapat dukungan dari kaum mayoritas bahkan dari pemerintah setempat. Sama seperti halnya kasus Toa Masjid yang juga terjadi di Medan, awal permasalahanya karena Meiliana mengeluhkan kerasnya suara pengeras masjid ke tetangganya. Ucapan tersebut tersebar dan memancing beberapa reaksi masyarakat hingga kasus ini masuk ke meja pengadilan, bahkan Meiliana harus di vonis 18 bulan penjara.

Kejadian-kejadian seperti ini jika dibiarkan terus menerus maka bisa memunculkan sifat banalitas, totaliterisme dan merusak rasa persatuan, kesatuan, serta kebebasan yang dijunjung oleh bangsa Indonesia selama ini. Masyarakat Indonesia harus bisa memunculkan kembali semangat toleransi, kita harus dapat menghargai dan menghormati kegiatan yang dilakukan masyarakat sekitar, khususnya kehidupan antar umat beragama. Selain itu, kita harus tetap mengeratkan tali silaturrahmi baik antar sesama umat beragama, maupun yang berbeda agama.

Dengan menghayati makna toleransi, maka kehidupan bermasyarakat dalam perbedaan suku, agama dan ras dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Manfaat toleransi dapat menghindari perpecahan, meningkatkan rasa persaudaraan antar sesama manusia, meningkatkan kekuatan iman dan akhlak sebagai umat beragama, meningkatkan rasa nasionalisme dalam bermasyarakat, meruntuhkan perasaan egois atau paling benar sendiri dalam hubungan bermasyarakat, dan dapat mempersatukan perbedaan kultur dan agama. Berikut mempermudah pembangunan negara di Indonesia menjadi lebih maju, serta mensejahterakan masyarakat Indonesia dengan berpikir dan berperilaku secara terdidik dan beragama. (*)

Toleransi Agama Mulai Luntur

Jumat, 18/01/2019

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.