Senin, 28/01/2019

Paradigma Sains Lingkungan dan Pertambangan Holistik

Senin, 28/01/2019

foto pribadi

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

0

Paradigma Sains Lingkungan dan Pertambangan Holistik

Senin, 28/01/2019

logo

foto pribadi


Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole

Alumnus Universitas Karya Dharma Makassar (UKDM)

 

Dalam suasana kerapuhan akhir-akhir ini akibat fenomena alam yang terasa sangat tidak selaras lagi dengan manusia, bencana di mana-mana terjadi dan jarang diketemukan lagi ada suatu pemberitahuan sebelum adanya kejadian melalui badan institusi tertentu, kian hari ini bencana itu sering terjadi baru-baru saja bencana di Sulawesi Selatan Kabupaten Gowa, Jeneponto dll yang menelan korban sebanyak lebih dari 46 orang ini merupakan suatu  teguran kuat Tuhan kepada ummat manusia agar selalu memperhatikan sekelilingnya.

Sebagaimana kita ketahui perkembangan kehidupan yang majemuk ini populasi masyarakat yang terus bertumbuh dan potensi terjadinya bencana semakin terbuka, apalagi di negara Indonesia yang cenderung menghadapi problema fenomena alam secara pasti,  faktor geologi di mana Indonesia berada di daerah jalur patahan dan pergesaran lempeng bumi, di lain sisi populasi jumlah penduduk yang besar akan menumbuhkan tingkat kemiskinan, pertumbuhan penggunaan teknologi yang disuplay dari negara maju, berdasarkan populasi penduduk Indonesia Pada 2017, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai hampir 262 juta jiwa. Meskipun jumlah populasi besar, tetapi didominasi oleh usia produktif sehingga angka ketergantungan justru cenderung menurun. Angka ketergantungan, yakni jumlah penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk produktif pada 2016 sebesar 48,4 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding pada 1971 yang mencapai 86,6 persen, sedangkan persentase penduduk miskin pada September 2018 sebesar 9,66 persen menurun 0,16 persen poin terhadap Maret 2018 dan menurun 0,46 persen poin terhadap September 2017 Jumlah penduduk miskin pada September 2018 sebesar 25,67 juta orang menurun 0,28 juta orang terhadap Maret 2018 dan menurun 0,91 juta orang terhadap September 2017 dikutip dari Badan Pusat Statistik (2018). Sering pertumbuhan dan dampaknya yang paling signifikan adalah terjadinya kesenjangan ekonomi rentang disparitas tertinggi antara kaum elite kaya (pemilik modal) dan kaum rakyat jelata.

Suatu diskursus kontemporer yang pernah mengisi tataran dunia akademik selama periode 1990 an-hingga kontemporer  yakni tentang dimensi pembangunan berorientasi pada ekonomi, politik dan teknologi, sebagai negara yang memiliki sumber daya alam melimpah khususnya mineral baik mineral logam maupun non logam begitu pun batubara, migas sudah menjadi hal urgen di negeri ini Negara Indonesia sebagai penghasil sekaligus penyuplai bahan tersebut ke negara maju Amerika Serikat, bukti autentik Amerika Serikat adalah negara yang sedikit akan produksi sumber daya alam khsusunya mineral, maseral maupun migas, demikian pula minyak bumi, lebih dari setengahnya energi yang digunakan berasal dari minyak bumi. Amerika Serikat memiliki sekitar 7% dari seluruh persediaan dunia, sedangkan Kanada hanya 2 %. Hingga tahun 1970-an Amerika Serikat merupakan penghasil minyak bumi terbesar di dunia, begitu pun di negara asia seperti halnya China. Pertambangan sebagai prospek menambah devisa negara terbesar dan pertumbuhan pendapat bagi negara. menurut Kasan Mulyono (2013)  sumbangan pertambangan bagi produk domestik bruto sekitar 2- 4%. Lapangan kerja baru langsung yang tercipta dari pertambangan sekitar 1,5% namun dengan tingkat upah yang lebih tinggi dari rata-rata. Namun penciptaan tenaga kerja tidak langsung (multiplier effect) melalui rantai pasokan, pemasok dll mencapai 3 – 4 orang untuk setiap tenaga kerja langsung.

Luasnya ruang pengeksploitasian itu menyisahkan suatu kegaduhan bagi bangsa dan negara, pertumbuhan dan pencapaian ekonomi terkadang terhambat dalam suatu kepentingan para pemilik modal yang cenderung menambang semata, mengupas lahan bukaan (land clearing) tanpa lagi memerdulikan lingkungan sekitar sebagai basis keselarasan alam.

Kita masih ingat dengan konsesus Re De Jeneiro yang kemudian dikenal dengan KTT pertemuan 172 Negara  dan dihadiri oleh 108 kepala negara dari konferensi Perserikatan bangsa-bangsa (Nations Conference on Environment and Development (UNCED) )untuk lingkungan tersebut hasil daripada pertemuan itu kemudian melahirkan satu gagasan poros kebangkitan lingkungan dan ekonomi yang lebih berorientasi pada pembangunan berkelanjutan serta pemeliharaan akibat dalam periodesasi masa lingkungan dan ekonomi tak lagi menjadi suatu sentral pembangunan yang menyehatkan melainkan menyusahkan. Semestinya pertemuan itu dapat dijadikan sebagai orientasi utama bagi Negara-Negara di dunia untuk selalu menjaga alam, lingkungan guna menyeimbangkan suply oksigen bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidupdi muka bumi, aktivitas tambang salah satu aktivitas yang rentan akan kerusakan lingkungan agar dapat menimalisir keruskan itu penguatan pembangunan berbasis lingkungan (good mining practice) perlu dicanangkan terus-menerus dengan konsekuensi terhadap pematuhan kebijakan taat lingkungan yang tersedia terbarui dan tegas.

Di era revolusi industri 4.0 berbasis komputerisasi, mesin dan proses mekanisasi memudahkan perusahan yang bergelut di dunia tambang untuk mengerus sumber daya alam dan rentan mengena lingkungan yang ada salah satu arus transportasi hauling material yang akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat lingkar tambang maupun lingkungan secara umum tersebut.

Menurut A Tony Prasetiantono, dikutip dari Kompas (2018) revolusi industri 4.0 sebagai perkembangan teknologi canggih termasuk kecerdasan buatan, data raksasa, teknologi finansial dan berbasil komputerisasi, istilah revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Revolusi industri 4.0  bakal juga menaikan produktifitas, survey McKinsey (Maret 2018) terhadap 300 pemimpin peusahaan terkemuka di Asia Tenggara menunjukkan, sebanyak 9 dari responden percaya terhadap efisiensi dan efektifitas industri 4.0. Praktis hampir tidak ada yang meragukannya, namun ketika di tanya siapakah yang siap menghadapinya/mengarunginya, ternyata hanya 48 % yang merasa siap mengarunginya, hal ini berarti revolusi industri masih menyisahkan sebuah ilusi bagi masa depan.

Pengaruh kuat teknologi terhadap pengolahan mineral logam yakni adanya penghasilan limbah yang dapat tidak tertampung dan terfilterasiasi limbah yang mengandung asam tinggi dapat membuat kerusakan lingkungan apabila limbah tersebut teraliri disekitaran lokasi tambang, maka dalam invasi mesis raksasa berupa pengolahan material (smelting) seharusnya diformulasi penglahan mineral berbasis lingkungan yang tanggap terhadap kerusakan lingkungan, inilah arus revolusi indusri yang diikuti dengan kerja produksi mesin-mesin besar sehingga manusia pun sulit memeroleh ruang untuk pengendalian terhadap aktivitas yang ada.

Dimensi pebangunan yang implikatif terhadap politik yakni adanya upaya untuk selalu mengait para investor asing untuk menanamkan usahanya di bumi pertiwi ini terkadang tidak mencapai harapan, seingat penulis Bung Karno pernah berpesan bahwa sumber daya alam kita seharusnya dikelola oleh bangsa Indonesia bukan asing demikian ungkapan Bung Karno melihat realitasnya penguasaan tambang secara politik Indonesia masih dalam deal-deal politik belum dapat menguasai segala urusan secara paripurna mungkin ini adalah peninggalan sejarah dari masa kepemimpinan Soeharto manakala dibukanya kran investasi melalui UU PMA tahun 1967, akan tetapi untuk membekali bangsa ini ke depannya perlu dicanangkan penguasaan politik pertambangan kepada anak bangsa agar pikiran kita bagaimana memproduksi sumber daya alam, mengelola serta memanfaatkan untuk kepetningan bangsa dan negara, supaya tidak menjadi amukan bahwa kekayaan ini sellau menjadi kepunyaan asing maka kita harus berdikari. Persoalan sumber daya alam dan dimensi pembangunan ini harus terus menerus terorientasi pada aspek ekologis agar pembangunan ekonomi dan politik membawa dampak kemaslahatan bagi ummat manusia dan alam tempat hidupnya.

 

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.