Sabtu, 16/03/2019

PENTINGNYA PENDIDIKAN MITIGASI DI TEMPAT IBADAH

Sabtu, 16/03/2019

Masjid ISlamic Center

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

0

PENTINGNYA PENDIDIKAN MITIGASI DI TEMPAT IBADAH

Sabtu, 16/03/2019

logo

Masjid ISlamic Center

Pada hari Jumat tanggal 15 Maret 2019  menjadi hari terkelam bagi masyarakat negara New Zealand (Selandia Baru) dimana terjadi aksi penembakan massal dengan sasaran jemaah masjid yang menunaikan Shalat Jumat di Masjid Al Noor dan Linwood yang terletak di Christchurch, Kota kecil di kawasan Selatan Selandia Baru. Aksi penembakan tersebut sangat keji dimana pelaku penembakan menembak mati 49 jemaah masjid, dimana 41 diantaranya ditembak di Masjid Al Noor yang berlokasi di kawasan Deans Avenue dan satu lokasi lainnya terletak di Linwood. Aksi teroris ini bahkan disiarkan langsung secara live oleh pelaku penembakan lewat facebook dimana video penyerangan tersebut tersebar di berbagai plafom media sosial sebelum ada seruan dari kepolisian Selandia Baru untuk menghentikan penyebaran video. Bersenjata senapan semi-otomatis hingga shotgun yang diperoleh secara legal dengan izin kepemilikan senjata secara sah sejak bulan November 2017, Pelaku melakukan aksi penembakan tersebut selama 17 menit. Pelaku penembakan terindentifikasi sebagai Brenton Taggart, pria kelahiran Australia berusia 28 tahun dimana pelaku melakukan penembakan tersebut terinspirasi dari aksi penembakan pelaku Anders Behring Breivik,seorang pembunuh massal asal Norwegia dan sebagai balas dendam atas kematian Ebba Akerlund, seorang anak berusia 11 tahun yang terbunuh dalam serangan teror di Stockholm yang dilakukan Rakhmat Akilov pada 2017. Pelaku telah merencanakan aksinya dua tahun lalu, dan tiga bulan lalu ia memutuskan aksinya untuk dilakukan di Christchurch. Kemudian pelaku digambarkan berasal dari kalangan pekerja menengah dengan penghasilan rendah, bersikap rasis, memiliki sikap superioritas orang kulit putih, dan anti imigran. Hal ini terungkap dari manifesto berjumlah 74 lembar yang setelah peristiwa penembakan beredar. Di media sosial  belasungkawa terhadap aksi penembakan tersebut bertebaran dimana-mana dalam bentuk ucapan, gambar,caption, kecaman,maupun hastag #PrayForNewZealand.

Sebelum peristiwa ini, Di Kota Samarinda Provinsi Kaltim juga terjadi aksi pemukulan terhadap jemaah wanita di Masjid Al Istiqomah, Jalan P.Antasari, RT 30, Sei Kunjang. Korban dindentifikasi sebagai Merissa Ayu Nigrum (20) seorang mahasiswi tengah menjalankan ibadah Shalat Zuhur. Pada saat melakukan Ibadah shalat Zuhur rakaat pertama, tiba-tiba  dari arah belakang, muncul pria yang entah kenapa langsung memukul korban di bagian kepala menggunakan balok dan setelah korban jatuh, Pelaku juga berupaya memukul wajah korban yang membuat korban nyaris tidak sadarkan diri. Namun dua pukulan yag diterima korban tidak membuatnya tumbang yang membuat pelaku akhirnya melarikan diri. Belakangan pelaku tersebut diketahui bernama Muhammad Juhairi (45 tahun) seseorang yang beberapa hari sebelum melakukan penyerangan terlihat berada di dalam masjid Al Istiqomah. Tidak ada kecurigaan dari warga setempat dikarenakan pelaku terlihat rajin membantu segala aktivitas yang akan dilakukan oleh pengurus masjid Al Istiqomah. Aksi pelaku dilakukan untuk menguasai harta benda yang terdapat di tas korban.

Ditarik lebih mundur ke tahun 2016, Terjadi juga aksi pelemparan bom Molotov di gereja Oikumene Sengkotek, Samarinda yang dilakukan oleh Juhanda alias Jo. Ironisnya lagi-lagi masjid menjadi tempat yang disalahgunakan. Dimana Juhanda alias Jo pelaku pelemparan bom Molotov tinggal di masjid Mujahhidin yang letaknya persis di seberang gereja Oikumene. Pelaku tersebut tinggal di kamar bagian belakang masjid, menjaganya, dan menyalahgunakannya untuk kelompoknya sendiri. Selain melarang masyarakat beribadah ditempat tersebut, Juhanda juga mencopot plang nama masjid tersebut dan mengisi properti masjid dengan benda-benda yang berkaitan dengan radikal dan puncaknya Juhanda melakukan aksi pelemparan bom Molotov di gereja tersebut dan melahirkan hastag #RIPIntan.      

Berkaca dari tiga peristiwa diatas, pengelola masjid sudah saatnya untuk melakukan langkah-langkah pencegahan maupun melakukan upaya  pendidikan mitigasi bagi para jemaah untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti tiga peristiwa diatas. Tidak semata-mata menyalahkan faktor musibah, melakukan kecaman tapi tidak bertindak apa-apa, maupun pelaku yang terkena paham radikalisasi karena itu semua merupakan faktor penyebab yang menjadi faktor terjadinya peristiwa tersebut. Alangkah lebih baiknya, jika kita bisa bersama-sama mencegah hal tersebut demi mengembalikan marwah masjid yang sesungguhnya dimana masjid menjadi tempat memakmurkan jemaah, terjadi ekonomi umat, dan Islam Rahmatan- lil-Alamin. Berikut saya memberikan modul pendidikan mitigasi di tempat Ibadah. Mudah-mudahan modul pendidikan mitigasi di tempat ibadah ini bisa mengurangi atau bahkan meminimalisir kejadian serupa di kemudian hari:

1.    Struktur bangunan masjid

Berdasarkan dari  peristiwa diatas, sangat dimaklumi bila stuktur masjid dibuat secara terbuka maupun tertutup (akses pintu masuk-keluar dibuat seminimal mungkin) mengacu seberapa besar dan kecil masjid tersebut. Dari peristiwa penembakan di Selandia baru, terlihat struktur masjid tempat kejadiaan tersebut sangat minim pintu darurat maupun akses keluar masjid sehingga memudahkan pelaku penembakan dengan leluasa melakukan perbuatan kejinya, akan tetapi akses pintu masuk-keluar yang terlalu terbuka tanpa pengawasan pengurus masjid juga membuat para jemaah rentan terhadap kemungkinan serangan dari pihak luar seperti pada kasus Merissa Ayu Nigrum (20) Jemaat Masjid Al Istiqomah dimana akses keluar-masuk sangat mudah dilewati. Untuk itu pengurus masjid hendaknya berjaga di pintu masuk-keluar masjid demi mengurungkan niat jemaah yang hendak melakukan perbuatan keji selain melakukan deteksi dini terhadap upaya-upaya yang menganggu jalannya ibadah. Seperti aksi seseorang yang menggondol tas jamaah wanita, dan pengambilan uang infaq yang dilakukan seorang ibu dan anaknya yang pernah viral di media sosial. Contoh penjelasan saya diatas, bisa diliat dari  Saudi Tv yang sering meliput ibadah 5 waktu di Masjid Harram maupun di Mekkah dimana sekelompok polisi ditempatkan di depan para jamaah yang melakukan ibadah Sholat berjamaah. Fokusnya menjaga keamanan dan ketertiban  jamaah. Para pengurus masjid bisa bergiliran berjaga di pintu masuk-keluar masjid sehingga para jemaat bisa melakukan ibadah nya dengan aman, tenang,khusyu,dan khidmat. Durasi waktu penjagaan bisa diawali dari awal jemaah melakukan ibadah, selesai melakukan ibadah, dan 1 jam setelah para jamaah selesai melakukan ibadah, maupun melakukan patroli di sekeliling masjid di jam-jam diluar jam beribadah.

2.    Pengurus Masjid

Berkaca dari kasus Juhanda alias Jo, hendaknya pemilihan pengurus masjid secara spesifik penulis menyebut orang yang bersih-bersih masjid tidak berdasarkan atas kehendak seseorang yang mau menjaga masjid selama 24 jam, tidak juga orang yang tidak tinggal di sekitaran masjid, maupun  seorang perantauan. Pengurus masjid hendaknya merupakan orang-orang yang amanah, jujur, berpikir tentang kepentingan umat, merupakan warga sekitar masjid, mampu mengawasi masjid terutama pada saat jamaah beribadah maupun saat jamaah tidak beribadah, tidak meninggalkan masjid jika tidak ada keperluan yang urgent (penting), dan mengabdikan dirinya 100%. Struktur pengisian pengurus masjid sangatlah penting untuk mencegah masjid tidak disalahgunakan sebagaimana kasus Juhanda alias Jo di Samarinda Seberang.

3.    Tidak bergantung dengan CCTV

Saat ini perkembangan CCTV sudah sedemikian pesatnya bahkan CCTV sekarang sudah menjadi bahan berita bila konten CCTV tersebut menjadi viral di dunia maya. Akan tetapi penggunaan CCTV tidak harus 100% dipakai untuk pengamanan. CCTV hanya dijadikan sebagai barang bukti penguat atas perbuatan yang dilakukan pelaku bukan untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan. Untuk itu, pengamanan sekitar masjid bisa dilakukan dengan adanya penambahan tenaga pengamanan disaat pengurus masjid ada keperluaan mendadak. Memang adanya tenaga pengamanan ini membebani kas masjid, tetapi langkah ini bisa menjadi solusi untuk menghindari masjid dari hal-hal yang tidak diinginkan.

 

 

4. Masjid merupakan tempat publik namun penggunaannya harus berada di dalam koridor yang semestinya

Sudah seharusnya masjid menjadi tempat untuk memakmurkan jemaah sebagaimana adab yang diajarkan oleh Nabi Muhamaad Rasulullah SAW kepada umatnya. Untuk itu penyalahgunaan masjid dalam bentuk apapun seharusya dihindari, diminimalisir, maupun ditiadakan. Contoh: Dipakai untuk kampanye,pengajian/kajian yang diikuti kelompok tertentu maupun pengisian barang-barang yang tidak ada manfaatnya bagi jemaah, dsb. Eloknya, Masjid digunakan bagi para jemaah untuk menjalankan segala perintah-Nya bukan dipakai untuk kepentingan golongan tertentu.

5.Memahami toleransi antar umat beragama

Intoleransi saat ini tumbuh subur di kalangan masyarakat akar rumput di berbagai belahan dunia apalagi hoax, paham superioritas,maupun ekstrimis tumbuh subur semakin menambah kusut isu toleransi ini. Sudah seharusnya pendidikan toleransi diajarkan kembali (tidak dihapus maupun dihindari) agar generasi masa depan atau cucu kita bisa benar-benar memahami tujuan hidup bersama dengan orang lain sebagaimana kutipan hadis QS Al Hujurat:13 “Hai Manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal yang bermakna persaudaraan antar umat Islam agar bisa saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Diharapkan toleransi menjadi salah satu senjata perekat umat muslim yang ada diseluruh dunia dari ancaman yang dihadapi umat muslim saat ini.

Dari kelima modul pendidikan mitigasi tempat ibadah ini, penulis berharap tidak ada lagi terjadi peristiwa yang sama di masa depan. Terlepas dari lemahnya modul yang penulis jabarkan ini, penulis berharap tulisan ini bisa memberikan kontribusi bagi siapapun yang membacanya. Akhir tulisan ini #MasjidUntukKeagunganBagiSetiapJemaahMuslimDiSeluruhDunia.Salam Citizien Journalism.

.

 

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.