Kamis, 24/10/2019

Lampu Jembatan, Sebatas Kebutuhan atau Keindahan?

Kamis, 24/10/2019

Sumber Gambar: Kaltim.prokal.co

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Lampu Jembatan, Sebatas Kebutuhan atau Keindahan?

Kamis, 24/10/2019

logo

Sumber Gambar: Kaltim.prokal.co


Oleh: Ita Wahyuni, S. Pd. I

(Pemerhati Masalah Sosial)

 

Kalimantan Timur, tepatnya kota Samarinda merupakah salah satu wilayah yang terus mendorong peningkatan infrastrukturnya. Salah satu infrastruktur yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini adalah pembangunan Jembatan Mahakam IV Samarinda. Menariknya, jembatan yang direncanakan beroperasi pada Maret 2020 nanti akan dipasang lampu tematik dengan menggunakan anggaran sebesar kurang lebih Rp 18 miliar (Tribunnews.co, 04/10/2019).


Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat atau DPUPR PERA Kaltim, Taufiq Fauzi mengungkapkan, pemasangan lampu tematik tersebut dimenangkan oleh perusahaan asal DKI Jakarta, PT Indolexa dengan cara lelang. Spesifikasi lampu yang akan dipasang bermerk Philip. Merk tersebut merupakan jenis lampu yang terbaik.


Taufiq juga membeberkan, nantinya lampu tematik itu dapat membentuk pola seperti tulisan atau sesuatu yang lain sesuai apa yang diprogramkan. Hanya saja, pihaknya akan bertemu dahulu dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim untuk membicarakan soal tema apa yang akan disampaikan melalui cahaya lampu tematik tersebut.


 Jembatan Mahakam yang juga dikenal sebagai jembatan Mahkota I memang menjadi salah satu kunci utama dalam kegiatan transportasi di Kota Samarinda. Tak hanya berfungsi sebagai trasportasi darat, jembatan ini juga dijadikan sebagai ikon kota Samarinda karena gemerlapnya cahaya lampu jembatan yang terlihat membayang di permukaan sungai tampak begitu menawan saat langit beranjak malam.


Namun tampaknya, Pemkot Samarinda tidak berpuas diri dengan keistimewaan jembatan Mahkota I ini. Seperti tak mau kalah, jembatan Mahakam IV yang sedang dalam proses penyelesaian di sampingnya akan dipasang lampu tematik yang lebih mewah dan canggih. Bahkan kabarnya, kecanggihan dan keindahan lampu tematik ini akan menyaingi lampu yang ada di jembatan Mahkota II.  


 Kabar tersebut tentu saja membuat warga Samarinda gembira sekaligus bangga. Pasalnya, pemasangan lampu tematik itu akan membuat jembatan kembar semakin indah dan menawan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa adanya lampu yang terkesan mewah dengan anggaran "wah" di tengah tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah tentu hal itu merupakan keputusan yang kurang bijak.  


Seperti diketahui bersama, tingkat kemiskinan di Samarinda terbilang masih tinggi. Pengentasan persoalan inipun tak kunjung tuntas meskipun sudah memakan nyawa. Tentu kita masih ingat kasus 3 orang miskin yang terlantar di kota Samarinda pada Januari lalu. Ketiga orang ini ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan hingga mereka pun meninggal dihari yang sama (Merdeka.com, 20/01/2019).


Kasus di atas jelas menggambarkan bagaimana buramnya potret kemiskinan yang terjadi Kota Tepian. Kemiskinan yang ekstrim inipun terus menyebar ke daerah-daerah baik di perkotaan maupun pedesaan yang ada di Kaltim. Mirisnya lagi, fakta ini ternyata diabaikan oleh pemerintah. Terlihat, dari dana besar yang dianggarkan untuk pengadaan lampu jembatan tidak tepat guna, bahkan sangat kontras dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.


Mestinya, pemerintah memiliki ukuran yang jelas dalam prioritas pembangunan mana yang harus didahulukan untuk kepentingan rakyat. Jika pemasangan lampu tersebut merupakan kebutuhan semata-mata sebagai penerang jalan demi keamanan dan kenyamanan maka perencanaan, anggaran ataupun jenis lampu jembatan yang digunakan tidak berlebihan. Tapi, jika sebatas keindahan agar enak dipandang maka itu namanya keterlaluan karena ada hak rakyat yang diabaikan.


Demikianlah yang terjadi dalam sistem Kapitalisme. Sistem ini menjadikan ukuran kemajuan hanya dilihat dari peningkatan pembangunan infrastruktur sedangkan pembangunan manusia agar bisa hidup sejahtera dilalaikan. Belum lagi adanya aroma kepentingan yang mendasari pembangunan infrastruktur tersebut. Karena tak dapat dipungkiri, ada segelintir orang yang bermodal mendapatkan manfaat materi yang besar dalam pembangunan jembatan termasuk pemasangan lampunya.


Inilah ruhnya Kapitalisme, selalu menguntungkan para kapitalis dan mengorbankan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, sistem yang merusak ini harus segera digantikan dengan  penerapan Islam Kaffah. Karena hanya Islamlah yang mampu memenuhi kebutuhan demi kesejahteraan rakyat. Bahkan, dalam pembangunan infrastrukturpun didesain sedemikan rupa sesuai dengan kebutuhan, sasaran dan anggaran yang ada. Wallahu a’lam bish shawab.


Lampu Jembatan, Sebatas Kebutuhan atau Keindahan?

Kamis, 24/10/2019

Sumber Gambar: Kaltim.prokal.co

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.