Sabtu, 14/03/2020

Body Positivity dengan Balutan Pornografi

Sabtu, 14/03/2020

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

0

Body Positivity dengan Balutan Pornografi

Sabtu, 14/03/2020

Jagat maya baru-baru ini dihebohkan oleh unggahan foto kontroversial salah satu aktris tanah air. Foto tersebut sengaja diunggah dengan mengekspos tubuh sang aktris untuk mengkampanyekan body positivity.


Body positivity sendiri mengacu pada pernyataan bahwa semua orang berhak memiliki citra tubuh yang positif terlepas dari bagaimana orang lain melihat tubuh mereka dan mengajak orang khususnya perempuan untuk mencintai dan percaya diri dengan tubuhnya.


Pesan dari kampanye tersebut nampaknya bermuatan positif makanya tak sedikit netizen merespon unggahan tersebut dengan nada positif pula. Namun, sangat disayangkan pesan positif tersebut tidak dibarengi dengan cara penyampaian yang benar. Tubuh seorang wanita yang merupakan aurat seharusnya dijaga bukan justru diumbar dan menjadi konsumsi publik.


Konten seperti inilah yang justru bisa merusak pemikiran dan akhlak generasi muda. Mengatasnamakan kepedulian dengan membenarkan sesuatu yang salah. Mengatasnamakan body positivity dengan balutan pornografi.


Dalam masyarakat liberal makna pornografi nampaknya sudah bergeser terlampau jauh, segala sesuatu dapat dikatakan terbebas dari muatan pornografi jika mengatasnamakan seni, budaya, HAM, dan sebagainya. Seolah itu adalah hal yang biasa dan dianggap kebebasan berekspresi sebab aturan Islam sudah tak ada artinya lagi di mata manusia.


Kampanye-kampanye yang sarat akan muatan positif jika tidak diiringi dengan cara yang benar bisa mengakibatkan salah kaprah di tengah masyarakat saat ini. Tentunya cara yang benar di sini standar kebenarannya adalah hukum syara', bukan benar dari sudut pandang manusia.


Bagaimana bisa membangun body positivity jika wanita sudah tak malu lagi bahkan dengan bangga mengumbar tubuhnya. Tak menutup kemungkinan bukan body positivity yang didapat tapi justru body negativity dikarenakan para wanita malah sibuk membanding-bandingkan diri dengan yang lainnya akibat gaya hidup liberal yang menganggap perempuan berhak untuk memamerkan tubuhnya dengan beragam pembenaran.


Arus liberalisasi yang membuahkan pemikiran dan tingkah laku liberal saat inilah yang menjadi akar permasalahan munculnya penghinaan terhadap perempuan dan membangun body negativity dalam beragam cara seperti pelecehan seksual dan body shaming. Maka tak heran selagi terus berkubang dalam jeratan liberalisme hal-hal negatif semacam ini akan terus terjadi. Sebab paham ini memberikan ruang kepada penganutnya untuk bertindak sesukanya tanpa ada batasan yang jelas dalam bertindak.


Liberalisme pula lah yang menyebabkan manusia itu sendiri menjadi para pemuja fisik, kemolekan, kecantikan dan hal ini ditunjang pula dengan pengarusan media yang seolah turut berperan serta dalam membakukan standar fisik bagi wanita. Ditambah lagi negara abai dalam mengontrol konten-konten yang ditampilkan diberbagai media. Bahkan pornografi dianggap seni sehingga pelakunya terbebas dari jeratan hukum dan inilah letak masalahnya, saat undang-undang buatan manusia dijadikan landasan kehidupan bernegara. Akhirnya, salah atau benar bisa diatur tergantung dari sudut pandang manusianya bukan lagi halal atau haram.


Hal ini sangat jauh berbeda jika syari'at Islam dijadikan standar benar salahnya suatu perkara. Islam datang ke tengah umat manusia justru untuk membebaskan wanita dari belenggu kezaliman di masa jahiliyah. Tapi di zaman sekarang, nampaknya orang justru berbondong-bondong untuk kembali ke masa jahiliyah dimana wanita bisa dijadikan konsumsi publik, tubuh wanita seakan tak berharga dan jauh dari kata mulia.


Jika diri ini ingin dimuliakan, seharusnya dimulailah dengan memuliakan diri sendiri salah satunya dengan menutup aurat secara sempurna bukan dengan mencontoh zaman purba, dengan menutup aurat pulalah tak ada celah bagi pelaku body shaming untuk menghina tubuh orang lain.


Selain itu, dalam Islam juga diperintahkan untuk menundukan pandangan tak hanya bagi laki-laki atau tak hanya menundukan pandangan terhadap lawan jenis saja tapi juga dalam konteks tidak menonton atau melihat aurat wanita lainnya yang dapat menimbulkan insecurity.


Negara pun juga ikut berperan dalam mengontrol segala bentuk pornografi dan menindak tegas pelakunya berdasarkan hukum syara', bukan hanya sekedar membuat pasal-pasal karet yang bisa dipermainkan.


Allah menjadikan Islam sebagai sebuah sistem yang sempurna, yang dengannya harkat dan martabat wanita terjaga. Body positivity akan terbangun dengan sendirinya sebab Islamlah yang dijadikan landasan berpikir, sehingga mampu menggeser standar image cantik dengan tolak ukur fisik sebagaimana paham liberal. Tak ada celah bagi para wanita terkhusus muslimah untuk mengukur kecantikan diri dengan bertolak pada standar kecantikan fisik wanita lain sebab para wanita akan senantiasa menjaga aurat dan menundukan pandangannya. Islam membangun paradigma body positivity yang mampu menumbuhkan rasa self-love dan self-confidence yang terbangun berdasarkan pada pola pikir dan pola sikap yang Islami sehingga akan membentuk kepribadian yang Islami pula.


Jadi jelas bahwa yang harus dibenahi di sini adalah bagaimana pemikiran masyarakat saat ini, sebab bangkitnya seseorang terletak pada bagaimana pemikirannya. Jika pemikiran kita senantiasa terjebak dalam paham liberal maka dapat dipastikan body positivity akan mustahil terbangun sebab liberalisme itu sendiri lah akar permasalahannya.  Wallahu a’lam


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.