Rabu, 18/07/2018
Rabu, 18/07/2018
DIMAKAMKAN: Jasad Muhammad Riharja dikebumikan di TPU Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kaltara, Selasa (17/7). PNS Disnakertrans Kaltim ini menjadi korban penganiayaan oleh seorang pria menggunakan palu seberat 3 kg. ( sahida / korankaltara )
Rabu, 18/07/2018
DIMAKAMKAN: Jasad Muhammad Riharja dikebumikan di TPU Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kaltara, Selasa (17/7). PNS Disnakertrans Kaltim ini menjadi korban penganiayaan oleh seorang pria menggunakan palu seberat 3 kg. ( sahida / korankaltara )
TARAKAN – Isak tangis mengiringi pemakanan jenazah Muhammad Riharja (38), pegawai Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kaltim, di Tempat Pemakaman Umum Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kaltara, Selasa (17/7) pukul 11.30 Wita.
Jaja, begitu almarhum akrab disapa, merupakan korban penganiayaan yang dilakukan Safrudin (52, pria diduga mengalami gangguan jiwa, di Jl Pelita, Kota Samarinda, Senin (16/7) lalu.
Jasad Jaja tiba di rumah duka Jl Memburungan RT 11, sekitar pukul 11.30 Wita. Jasad korban kemudian disalatkan di masjid dekat rumahnya.
Ayah almarhum, Jafar Agang Aji Samalia, bercerita, ia dan istrinya, Zahara Ibrahim Yunggal, beberapa kali menerima firasat sebelum Jaja meninggal. Seperti tangannya yang bergerak-gerak selama dua hari terakhir dan tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Firasat lain telah dirasakan sejak tiga bulan lalu.
“Saya sebut dalam hati, kalau garis tangan saya dan memang ini tanda firasat yang baik, tunjukkan, kalau hal negatif, hilangkanlah,” ungkap Jafar.
10 hari sebelum meninggal, Jaja sempat pulang ke Tarakan. Ayah tiga anak itu pulang tanpa memberi kabar karena ingin memberi kejutan kepada orangtuannya.
Jafar baru mengetahui kepergian anaknya setelah salah seorang rekan kerja Jaja menelepon, Senin (16/7) petang. Walau berat, Jafar berusaha menahan kesedihan. “Namanya laki-laki masih kuat mental, tapi tingkat kesabaran ada batasnya. Di dalam hati, saya rasa seperti terkoyak-koyak. Apalagi anak saya ini tidak bersalah, kenapa dibunuh, begitu tersungkur masih digepak dengan palu seberat 3 kilogram,” ungkapnya. Yang membuat keluarga tambah sedih, mereka tak bisa menemani almarhum di detik-detik terakhir hidupnya.
Jafar bercerita, sejak di bangku sekolah, Jaja cukup berprestasi dan gemar menulis. Ia juga tak pernah merepotkan orangtua dan kerap membantu pemasukan keluarga dengan menjadi tukang cuci mobil serta caddy di lapangan golf.
Setelah lulus SMA, Jaja melanjutkan kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta. Ia menempuh pendidikan selama tujuh tahun.
Setelah menikahi gadis Palembang, Jaja kemudian mengadu nasib di Bangka Belitung. Dan akhirnya pindah ke Samarinda mengikuti istrinya yang lulus PNS di Bandara Temindung. Jaja kemudian juga lolos menjadi PNS di Kaltim.
“Sekarang, saya cuma pasrah, tapi saya yakin perjuangan Jaja tidak sia-sia. Ini sudah takdir, garis tangannya,” kata Jafar.
Diketahui, Jaja meninggal dunia setelah dianiaya menggunakan palu batu oleh Safrudin (52), pria yang diduga mengalami gangguan jiwa, Senin (16/7) lalu, di Jl Pelita Samarinda. Namun, kabar Safrudin mengalami gangguan jiwa ditepis oleh Dinas Sosial Samarinda.
Aksi penganiayaan buruh bangunan itu baru berakhir setelah seorang polisi yang kebetulan berada di lokasi kejadian melumpuhkan pelaku menggunakan timah panas. (kk)
Rabu, 18/07/2018
DIMAKAMKAN: Jasad Muhammad Riharja dikebumikan di TPU Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kaltara, Selasa (17/7). PNS Disnakertrans Kaltim ini menjadi korban penganiayaan oleh seorang pria menggunakan palu seberat 3 kg. ( sahida / korankaltara )
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.