SAMARINDA - Provinsi Kalimantan Timur selama periode Januari-Juli 2018 mengimpor berbagai komoditas dari negara penghasil senilai 2,41 miliar dolar AS atau setara dengan Rp33,1 triliun, jika rata-rata 1 dolar sama dengan Rp13.700.

“Impor sebesar itu mengalami kenaikan sekitar 42,22 persen ketimbang periode yang sama tahun 2017 yang tercatat 1,69 miliar dolar AS,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Atqo Mardiyanto, kemarin.

Ia menjelaskan, berbagai komoditas yang diimpor Provinsi Kaltim adalah bahan bakar mineral berupa migas dan nonmigas dengan nilai 1,738 miliar dolar AS, terdiri atas migas senilai 1,736 miliar dolar AS dan impor nonmigas hanya 1,49 juta dolar AS.

Komoditas nonmigas selain bahan bakar mineral antara lain pupuk dengan nilai 42,64 juta dolar AS, atau terjadi kenaikan 36,77 persen ketimbang periode yang sama tahun 2017 dengan nilai 31,18 juta dolar AS.

Kemudian impor barang dari besi atau baja dengan nilai 49,19 juta dolar AS, terjadi kenaikan cukup tinggi hingga mencapai 89,11 persen ketimbang Januari-Juli 2017 yang tercatat 26,01 juta dolar AS.

Impor kendaraan selain yang bergerak di atas rel kereta api dan bagiannya senilai 64,05 juta dolar AS, mengalami kenaikan 33,53 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 47,97 juta dolar AS.

Berikutnya impor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, perekam dan pereproduksi suara atau gambar dengan nilai 26,39 juta dolar AS, terjadi kenaikan 1,84 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai 25,91 juta dolar AS.

Atqo menambahkan, negara penghasil migas yang produknya diimpor Kaltim pada Januari-Juli 2018 antara lain dari Nigeria dengan nilai 646,46 juta dolar AS, Singapura 156,59 juta dolar AS, Korea Selatan 267,58 juta dolar AS, Malaysia 95,64 juta dolar AS, dan Thailand senilai 740 ribu dolar AS.

“Sedangkan impor nonmigas antara lain dari Amerika Serikat 98,02 juta dolar AS, Jepang 72,03 juta dolar AS, Kanada 14,26 juta dolar AS, Jerman 42,44 juta dolar AS, Korea Selatan 15,42 juta dolar AS, Singapura 76,82 juta dolar AS, Australia 38,12 juta dolar AS, dan China senilai 110,34 juta dolar AS,” kata Atqo. (ant)