Salah satu hasil kerajinan industri kreatif
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Selain Amplang, ukiran Dayak dan Sarung, belum ada lagi sesuatu yang mewakili khas Samarinda. Meski panganan lain seperti kue Ilat Sapi, Keminting, Abon Iwak Haruan dan Gula Gait kerap ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Kota Tepian.
Kepala Dinas Pariwisata Samarinda, Faisal mengataka, alasan paling menonjol adalah mengenai kemasan yang kurang menarik dan minimnya anak muda yang mau berkecimpung di bisnis tersebut.
"Pemerintah sudah mewadahi pembinaan perkembangan jajanan dan pernak-pernik khas Samarinda ini. Mulai dari cara pemasaran hingga kemasan. Tantangannya, membuat bidang ini menarik di mata kaum muda," kata Faisal (26/2/2019).
Berdasarkan data Dinas Pariwisata hingga akhir 2018, ada 15.656 UKM yang eksis dan tersebar di Samarinda. Jika dirincikan maka Samarinda Utara terbanyak dengan 2.638 UKM, kemudian Samarinda Ulu 2.358 UKM, diikuti Sungai Pinang 2.092 UKM.
Sedangkan di Sungai Kunjang 1.590 UKM, Samarinda Seberang 1.248 UKM, Palaran 2.118 UKM, Sambutan 1.049 UKM dan Sungai Pinang sebanyak 2.092 UKM. Lalu Samarinda Kota 485 UKM dan Loa Janan Ilir sebanyak 659 UKM.
Khusus Samarinda Utara dengan 2.638 UKM aktif menjadi sorotan utama karena berada di lokasi Bandara APT Pranoto. Sehingga berpotensi untuk dikembangkan.
Rata-rata pelaku UKM di wilayah ini terdiri dari IRT dan PHK. "Tak banyak yang dilakoni oleh anak muda. Disinilah kami mendorong peran serta mereka untuk terlibat. Karena di banyak daerah, bisnis ini terbukti sangat menguntungkan," katanya.
Namun ia menampik anggapan bahwa tidak ada anak muda yang berkecimpung di industri kreatif. Pasalnya, beberapa sudah ada yang eksis seperti Durian Panglima yang awalnya digagas oleh anak muda.
"Kalau melibatkan anak muda, maka biasanya kemasan akan lebih menarik. Karena mereka paham bahwa tampilan akan sangat berpengaruh. Nah, kalau sudah terkemas menarik, semakin mudah memasarkan jajanan khas dan oleh-oleh lainnya itu," sebutnya.
Beberapa program pun telah disiapkan Pemkot Samarinda untuk membuat UKM lebih terkelola dan menarik. Selain juga dibutuhkan dukungan Dinas Koperasi dan UKM dalam menjalankan program melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).
Termasuk program bimbingnan teknis bagi para pengusaha pemula, jaringan kemitraan dan pemasaran serta kesempatan mengikuti pameran se Nusantara yang melibatkan Apeksi.
"Pembinaan akan terus dilakukan. Tapi, yang terpenting, urus dulu perizinan P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Karena itulah syarat untuk bisa dibantu optimal baik dari pemasaran dan permodalan," tandasnya. (*)
Penulis : */Adhi Abdhian
Editor : Hendra