Sabtu, 12/10/2019

Senjakala Tenun Gondokan yang Disukai Bung Hatta, Terancam Punah karena Metode dan Pengerjaan Lama

Sabtu, 12/10/2019

Pengrajin tenun yang masih menggunakan metode Gondokan, metode ini hanya di pakai dua pengrajin dari 50 pengrajin yang ada. ( Foto: Alvin/korankaltimcom)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Senjakala Tenun Gondokan yang Disukai Bung Hatta, Terancam Punah karena Metode dan Pengerjaan Lama

Sabtu, 12/10/2019

logo

Pengrajin tenun yang masih menggunakan metode Gondokan, metode ini hanya di pakai dua pengrajin dari 50 pengrajin yang ada. ( Foto: Alvin/korankaltimcom)

KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Kampung Tenun yang merupakan sentra produsen pakaian khas Samarinda ini eksis melewati berbagai zaman.

 Kampung tenun berada di Jl Hos Cokro Aminoto, Kecamatan Samarinda Seberang tepatnya di Gang Pertenunan. 

Di Gang Pertenunan ini terdengar riuh suara jahitan alat mesin kayu Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di hampir semua rumah yang ada di gang tersebut. 

Ketua Kelompok Usaha Tenun Sarung Samarinda, Sumarni menceritakan ada sebanyak 50 pengrajin tenun yang menghasilkan olahan kain motif sarung Samarinda serta manik-manik khas Dayak. 

Pengerjaan produksinya pun secara sistematis kolektif yaitu tiap produsen tergabung dari 2 kelompok yang masing-masing memiliki 10 pengrajin dan menjadi satu kelompok. 

Dari satu kelompok tersebut Sumarni menjelaskan mampu memproduksi setidaknya 200  lembar kain tenun sarung Samarinda.

”Disini tempat saya kita bagi-bagi kerja, dua kelompok pengrajin yang terdiri dari 20 pengrajin dijadikan 1 kelompok, jadi setiap bulannya itu mampu memproduksi 200 sarung kain Samarinda,” ujar Sumarni, Kamis, (10/10).

Sumarni sendiri adalah generasi ketiga yang menjadi penerus usaha keluarganya yang telah menenun sarung. 

Sumarni menceritakan ada salah satu motif sarung yang berkaitan erat dengan Wakil Presiden Pertama Indonesia, Bung Hatta. Kala itu, salah satu motif yang orang tuanya kembangkan belum memiliki nama.  Lalu, Bung Hatta mengunjungi Samarinda.

Bapak Koperasi itu memilih sarung yang  belum bernama  sebagai oleh-oleh hingga sarung hitam dengan motif Dayak yang indah itu diberi nama Sarung Hatta.

”Waktu itu kan sarungnya belum punya nama, kebetulan Wakil Presiden Hatta itu kesini, dia beli sarung itu, jadi namanya kita kasih Sarung Hatta,” ujar Sumarni.

Sarung yang dibeli oleh Bung Hatta pada saat itu diolah dengan cara Gondokan, yaitu dengan alat yang lebih rumit pengerjaannya. Namun menghasilkan kualitas terbaik. Dengan gondokan, kualitas kain sarung sangat rapat. Pengerjaan untuk satu sarung saja membutuhkan waktu hingga satu bulan. Itu sebabnya, metode tersebut kini mulai ditinggalkan oleh banyak pengrajin. 

Saat ini, hanya tersisa dua pengrajin di Kampung Tenun yang menggunakan alat Gondokan dari 50 pengrajin yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. 

Metode gondokan terancam punah. Generasi penerus enggan mempelajari serta memakai metode tersebut karena tingkat kesulitan dan lamanya proses produksi.”Tidak ada yang mau belajar pakai gondokan itu, padahal kualitasnya sangat bagus, menurut mereka itu terlalu susah. Jadi kalau mau dikata punah ya memang di depan mata punahnya sudah,” ungkap Sumarni.


Penulis: Alvin

Editor: M. Huldi

Senjakala Tenun Gondokan yang Disukai Bung Hatta, Terancam Punah karena Metode dan Pengerjaan Lama

Sabtu, 12/10/2019

Pengrajin tenun yang masih menggunakan metode Gondokan, metode ini hanya di pakai dua pengrajin dari 50 pengrajin yang ada. ( Foto: Alvin/korankaltimcom)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.