Sabtu, 09/12/2017
Sabtu, 09/12/2017
ILUSTRASI
Sabtu, 09/12/2017
ILUSTRASI
SAMARINDA – Harga kebutuhan di Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kaltim kian melambung. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, harga ayam negeri (potong) tembus di angka Rp 1 juta per ekor.
“Kalau di hari biasa normal, antara Rp300 sampai Rp500 ribu. Tapi kalau sekarang ‘kan mau Natal, harganya Rp700 ada yang Rp1 juta. Rata-rata beratnya 3 kilogram per ekor,” ujar Martha Tuko, Pendamping Kampung Long Apari, Jumat (8/12) kemarin, di Samarinda.
Ayam yang diperjualbelikan merupakan hasil ternak warga lokal. Di wilayah ini, dipastikan tak ada ayam yang didatangkan dari luar. Akses yang sulit dan hanya bisa dijangkau melalui jalur sungai menyebabkan harga kebutuhan di wilayah itu melambung.
“Dari Samarinda ke Long Apari bisa ditempuh dengan jalur sungai kurang lebih selama satu pekan. Dari Samarinda ke Tering itu satu malam, lanjut ke Long Apari dengan ketinting atau speedboat,” jelas Martha.
Sementara untuk harga kebutuhan lain seperti beras mencapai Rp450 ribu per karung 25 kilogram. Kendati lebih mahal dibandingkan daerah lain, warga Long Apari yang mayoritas bermata pencarian sebagai petani masih menganggap harga itu normal.
“Ikan sungai dijual Rp80 ribu hingga Rp100 ribu. Kalau daging harganya Rp35 ribu, itu daging babi. Sapi tidak ada. Sayur seperti bayam dijual satu ikat Rp10 ribu,” urainya.
Bupati Mahakam Ulu, Bonifasius Belawan Geh menyebut melambungnya harga kebutuhan di kawasan itu disebabkan infrastruktur yang belum memadai. Jangankan ke kabupaten tetangga, antar kecamatan saja belum terkoneksi dengan baik.
Guna menekan tingginya harga kebutuhan di Mahulu, sejak dua bulan lalu telah dibentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). “Mereka sudah melakukan sidak dan monitoring,” katanya.
Selain itu, Pemkab Mahulu juga mengoptimalkan program Subsidi Ongkos Angkut (SOA). “Agar harga bisa sama dari Long Bagun ke Long Pahangai, Long Apari dan lainnya. Kita bantu biaya transportasinya. Karena alasan para pedagang adalah mengenai biaya distribusi yang sangat tinggi,” paparnya.
“Jadi mereka (pedagang) menyerahkan semacam bukti atau kwitansi ongkos angkutan, lalu akan kami ganti sesuai dengan prosedur,” sambungnya. Dana yang disiapkan untuk program ini mencapai Rp8 miliar.
Cara ini terbukti efektif. Buktinya, harga sejumlah komoditas pokok seperti beras dan gula sudah tidak jauh berbeda dengan di Samarinda.
Namun begitu, ia berharap agar Pemprov Kaltim dan Pemerintah Pusat dapat membantu pembangunan infrastruktur jalan guna mempermudah aktivitas warga. “Kami tidak bisa bangun (jalan dan jembatan) sendiri tanpa bantuan dari provinsi atau pemerintah pusat. Itu yang kita mohon sekali, khususnya kepada Pemprov Kaltim,” ujarnya di Samarinda, Jumat (8/12). (rs)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.