Senin, 22/04/2019

Nasib Kartini Masa Kini

Senin, 22/04/2019

Cover koran kaltim

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Nasib Kartini Masa Kini

Senin, 22/04/2019

logo

Cover koran kaltim

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG – Seorang dokter honorer di Kutai Kartanegara tiga kali kehilangan buah hati selama mengabdi di pelosok. Bertahun-tahun, ia bolak-balik, menerjang jalan lumpur dan berbatu demi membagi waktu antara keluarga dan masyarakat. Tapi, nasib Kartini masa kini itu tetap jauh dari perhatian pemerintah. 

Santi Maya Sari, dokter yang kini bertugas di Puskesmas Sebulu II itu benar-benar ulet.  Dengan gaji yang minim, Rp2,5 juta sebulan, ia tetap ikhlas melayani masyarakat.

Bahkan, saat bertugas di Puskesmas Jonggon Jaya 2013 silam, Santi mengalami dua kali keguguran dan sekali melahirkan bayi prematur yang akhirnya meninggal, akibat jalan di pedalaman Kecamatan Loa Kulu itu rusak parah. 

Dokter pernah menyarankan istri M Ronny Yusra ini agar beristirahat total saat hamil. Tapi, Santi menolak karena ia saat itu adalah dokter pertama dan satu-satunya di Puskesmas Jonggon Jaya.

“Dulu waktu masih bertugas di Jonggon, jalannya rusak, hampir setiap hari motor saya masuk kubangan lumpur,” ujar Santi saat dihubungi Koran Kaltim.

Santi mengawali karier sebagai dokter honorer di Puskesmas Loa Kulu pada 2013, lalu dipindah ke Puskesmas Jonggon Jaya, dan sejak 2016  ia pindah tugas ke Puskesmas Sebulu II. 

Melalui peringatan Hari Kartini, 21 April, Santi berharap agar ada perhatian lebih dari Pemkab Kutai Kartanegara terhadap dokter-dokter honorer sepertinya. 

“Kita berharap gaji disesuaikan dengan beban kerja dan dibayar ontime. Mestinya ada prioritas bagi putra-putri daerah yang mengabdi di sini,” Santi.

Selain Santi, kegigihan juga ditunjukkan Nasroh, guru honorer yang bertugas di Separi, Tenggarong Seberang ini. 

Saban hari, Nasroh harus menempuh perjalanan puluhan kilometer untuk mendidik murid-muridnya. “Sekolah tempat saya mengajar lumayan jauh, di L4. Jaraknya berkilo-kilo dari rumah,” ungkap Nasroh. 

Setiap bulan, Nasroh mendapat honor sebesar Rp170 ribu sampai Rp 250 ribu, tergantung jam mengajar. “Saya sempat lelah, ingin beralih profesi karena honor ini sangat minim. Jangankan menabung, kebutuhan operasional saja dicukup-cukupkan,” keluh Nasroh. 

Di peringatan Hari Kartini ini, ia berharap perhatian pemerintah. “Harapannya agar ada insentif dari pemerintah,” harap Nasroh. (hei)


Nasib Kartini Masa Kini

Senin, 22/04/2019

Cover koran kaltim

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.