Sabtu, 16/11/2019
Sabtu, 16/11/2019
Siswa SMPN 38 terpaksa melepas sepatu mereka saat melewati jalan alternatif yang berlumpur. ( Foto: Permata S Rahayu / korankaltimcom)
Sabtu, 16/11/2019
Siswa SMPN 38 terpaksa melepas sepatu mereka saat melewati jalan alternatif yang berlumpur. ( Foto: Permata S Rahayu / korankaltimcom)
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Pemasangan palang kayu yang menutup akses jalan menuju SMPN 38 di Kecamatan Sungai Kunjang sejak Senin (11/11) lalu, membuat ratusan siswa terpaksa melewati jalan alternatif.
Wakil Kepala SMPN 38, Agus mengatakan ia mengajak siswa-siswinya untuk gotong rotong memperbaiki jalan alternatif yang terletak di belakang sekolah mereka. Bahkan, dia mengatakan pihak sekolah terus mengingatkan agar para siswa tidak nekat melewati jalan yang sudah ditutup tersebut. Meskipun jalan tersebut tetap bisa dilewati dengan berjalan kaki. “Dari pada ada apa-apa nanti. Lebih baik kita perbaiki yang di belakang,” sebutnya.
Sayangnya, jalan alternatif yang berada di belakang sekolah, kondisinya sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, terdapat tanjakan curam dengan kemiringan hampir 60 derajat. Belum lagi kondisi jalan yang terdiri dari tanah liat membuat jalan tersebut berlumpur saat hujan.
Terkait penutupan jalan masuk ke sekolahnya, Agus enggan memberikan komentar lebih lanjut. Ia dan warga SMPN 38 lainnya tak lagi heran. Karena sebelum dipasangi palang kayu, pemilik lahan sudah pernah memasang tunggul kayu setinggi 30 Cm di tengah jalan. Kendati demikian, ia mengatakan pihaknya selalu rutin mengirimkan surat resmi ke pemilik lahan apabila ada kegiatan di sekolah tersebut.
“Kalau ada acara resmi ya kami kirim surat supaya jalannya dibuka,” tuturnya.
Sebelumnya, Sekda Samarinda Sugeng Chairuddin meminta agar seluruh pihak bersabar. Pasalnya, pencairan dana untuk membayar lahan tersebut tak bisa langsung dilakukan. Butuh tahapan-tahapan yang harus diselesaikan. “Ada tahap penghitungan oleh tim appraisal. Nah itu kita sekarang lagi di tahap itu,” sebutnya.
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa anggaran untuk pembebebasan lahan sudah ada. Namun, pihaknya tak bisa menganut sistem cash on hand karena sistem pembayaran harus menaati aturan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Ia pun menargetkan dalam dua minggu ke depan proses penghitungan besaran ganti rugi akan bisa diselesaikan oleh tim appraisal. “Kalau sudah semua, sepakat semua ya kita tinggal bayarkan. Uangnya ada,” pungkasnya.
Penulis: */Permata S Rahayu
Editor: M. Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.