Selasa, 02/06/2020

Masuk Kategori Pembunuhan, Kematian George Floyd karena Darah Tak Mengalir ke Otak

Selasa, 02/06/2020

Momen saat George Floyd mengalami siksaan olah polisi Mineapolis sebelum kematian menjemputnya. (dailymail)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

0

Masuk Kategori Pembunuhan, Kematian George Floyd karena Darah Tak Mengalir ke Otak

Selasa, 02/06/2020

logo

Momen saat George Floyd mengalami siksaan olah polisi Mineapolis sebelum kematian menjemputnya. (dailymail)

KORANKALTIM.COM – Dua dokter telah melakukan autopsi independen atas kematian pria kulit hitam George Floyd akibat lehernya diinjak oleh petugas kepolisian. Hasil autopsi menyatakan Floyd meninggal karena sesak napas setelah leher ditekan oleh lutut petugas kepolisian. Dia menderita sesak napas akibat tekanan terlalu kuat menyebabkan aliran darah tak mengalir ke bagian otak. 

Para dokter mengatakan, kematian Floyd adalah pembunuhan. Dia kemungkinan meninggal dunia sebelum dimasukkan ke ambulans dan dibawa ke rumah sakit. Hasil autopsi independen tersebut bertentangan dengan temuan awal dari autopsi resmi oleh Pemeriksa Medis Hannepin County, yang ditulis dalam dokumen tuntutan pengadilan. 

Autopsi awal menyatakan tidak ada bukti pencekikan traumatis kepada Floyd. Kematian Floyd kemungkinan disebabkan oleh penyakit yang bawaannya yakni arteri koroner dan hipertensi. "Buktinya konsisten dengan asphyxia sebagai penyebab kematian dan pembunuhan," ujar salah satu dokter independen yang melakukan autopsi, Allecia Wilson dari University of Michigan seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (2/6/2020) tadi seperti diwartakan viva.co.id

Dalam rekaman video, Floyd terbaring di jalan dengan seorang perwira polisi, Derek Chauvin menekan lututnya di bagian leher. Floyd tampak mengap-mengap dan mengerang, "Saya tidak bisa bernapas" berulang kali. Akan tetapi, Chauvin tetap mempertahankan lututnya di leher Floyd selama hampir sembilan menit. Sedangkan, dua petugas polisi lainnya menekan lutut mereka ke punggung Floyd.

Chauvin telah dipecat dari kesatuan kepolisian Minneapolis dan didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga. Namun, salah satu dokter independen lainnya yang mengautopsi jenazah Floyd, Michael Baden mengatakan, dua petugas polisi yang menekan punggung Floyd juga menyebabkan nafasnya berhenti.

"Kita dapat melihat setelah kurang dari empat menit bahwa Floyd tidak bergerak, tidak bernyawa," ujar Baden.

Terrence Floyd, kakak George menyampaikan kepada orang-orang yang melakukan aksi atas kematian kakaknya yang berusia 46 tahun dan perlakuan terhadap orang kulit hitam Amerika oleh polisi untuk menggunakan cara damai dan demokratis sehingga dapat membawa perubahan. "Kami tidak datang untuk menghancurkan barang. Kamu tidak akan melakukan apa-apa karena itu tidak akan membawa saudara saya kembali sama sekali," katanya. 

Terrence menyampaikan jika keluarganya adalah keluarga yang damai dan takut akan Tuhan. Meski sedih dengan apa yang terjadi ia berharap ini tidak akan terjadi lagi.  "Dalam setiap kasus kebrutalan polisi, hal yang sama telah terjadi. Kalian semua protes, kalian hancurkan barang-barang dan kalian tahu mengapa mereka tidak bergerak? Karena itu bukan barang mereka, itu barang kita. Jadi mereka ingin kita menghancurkan barang-barang kita. Jadi mari kita lakukan ini dengan cara lain. Mari kita lakukan dengan cara lain," ucapnya. (*)

Masuk Kategori Pembunuhan, Kematian George Floyd karena Darah Tak Mengalir ke Otak

Selasa, 02/06/2020

Momen saat George Floyd mengalami siksaan olah polisi Mineapolis sebelum kematian menjemputnya. (dailymail)

Berita Terkait

Berita Pilihan


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.