Login / Daftar          Tulis Berita  
  • Advertorial
    • DPRD Kalimantan TImur
  • Headline
  • Politik
  • Nasional
  • Pendidikan
  • Patroli
  • Video
  • Ekonomi
    • Ekonomi Bisnis
  • Kaltimtara
    • Kaltara
    • Samarinda
    • Kutai Kartanegara
    • Balikpapan
    • PPU-Paser
    • Berau-Kubar
    • Bontang-Kutim
    • Mahakam Ulu
  • Olahraga
    • Worldsport
    • Sepakbola Kaltim
    • Olahraga Daerah
    • Olahraga Nasional
    • Planet Football
    • Sportainment
    • Sepakbola Indonesia
  • Gaya Hidup
    • Infotainment
    • Teknologi
    • Kabar Karir
    • Kesehatan
    • Unik
    • Wisata

Share?

Muhamad Salihidin, Pejuang Kemerdekaan dari Tanah Loa Tebu


korankaltim
korankaltim
Koran Kaltim Posted: 16 Aug 2018
img

TOKOH PEJUANG: Foto Muhammad Salihidin, pejuang asal Loa Tebu. ( reza / koran kaltim )

TENGGARONG – Perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah tidak mudah, penuh pengorbanan harta bahkan nyawa.

Rakyat Indonesia dengan sukarela mengangkat senjata melakukan perlawanan. Perang berkobar di mana-mana, hampir di setiap penjuru daerah di Indonesia.

Di Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, aksi perlawanan terhadap Belanda juga digelorakan oleh sejumlah aktivis pergerakan. Salah satunya adalah Muhammad Salihidin, seorang tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia di Kampong Loa Tebu. 

Baca Juga :

  • Layanan Call Center PDAM kian Dimanfaatkan Pelanggan
  • Mahmud Tikam Tetangganya, Mengaku Kerap Dengar Bisikan agar Membunuh
  • Satu Dekade, Jembatan Aji Tulur Jejangkat Mangkrak
  • Perahu Balap eks Porprov Tak Terurus, Warga Ajukan Diri untuk Merawat

Almarhum H Asran, S (anak ketiga Muhamad Salihidin), dalam riwayatnya menuliskan Muhammad Salihidin, pria kelahiran Loa Tebu, 15 Agustus 1917, adalah wakil pimpinan laskar perjuangan rakyat yang didirikan Bung Tomo, Badan Pergerakan Rakyat Indonesia (B.P.R.I) kecamatan Tenggarong yang di pimpin Dr Suwono, Sangaji, Herman Ruturamli dan Ali Badrun yang pergerakannya sampai ke Hulu Mahakam pada masa itu

“Setelah lama diketahui menjabat wakil pimpinan B.P.R.I oleh serdadu NICA (Belanda Netherlands Indies Civil Administration), Muhammad Salihiddin tertangkap dan dibawa ke tahanan yang letaknya di Kecamatan Loa Kulu selama 10 hari lantaran di cap sebagai pengurus ektrimis. Dalam keadaan terikat dengan posisi berlutut, dia dihantam pukulan terus menerus untuk mendapati informasi mengenai organisasi yang dia urus,” kata Istri Almarhum H Asran, Hj Maisyarah.

Bahkan, Salihidin sempat divonis hukuman mati namun dibatalkan setelah perjanjian Linggar Jati ditandatangani oleh Soekarno. Lantas, Salihidin dikeluarkan dari tahanan Loa Kulu dan diamankan kembali oleh polisi Kerajaan Kutai selama 40 hari bersama Matlimak, rekan seperjuangannya.

Pejuang Kemerdekaan dengan nomor daftar RI. No. 1738/ II / 21/-II /1960 itu wafat tanggal 28 Juli 1964 di Loa Tebu. Namun kerangka dan tulang belulang disatukan kembali dan dipindahkan ke Makam Pahlawan Bukit Biru dengan serangkaian upacara pemakaman angkatan bersenjata disertai dengan letusan senapan. 

Semenjak Indonesia merdeka dari penjajahan hingga akhir riwayatnya, Muhammad Salihidin selalu mengibarkan bendera merah putih di setiap kemerdekaan Indonesia maupun hari-hari besar lainnya yang juga menyertakan siswa siswi kelurahan Loa Tebu menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). “Termasuk pengibaran bendera setengah tiang berkabung atas gugurnya tujuh dewan jenderal dari Gerakan 30 September (G30S) PKI tahun 1965,” imbuhnya.

Bendera Merah Putih berukuran 3 x 2 meter dan tiang kayu ulin berukuran 12 meter pun diwariskan kepada sang anak ketiga, Almarhum  H Asran S yang juga mantan kepala Desa Loa Tebu 2009. 

Pada tahun 1970, warisan sekaligus peninggalan sejarah itu tidak bisa dikibarkan lagi, bendara penuh perjuangan itu rontok dan robek dimakan usia yang sudah lebih dari setenga abad dan hingga saat ini masih tersimpan di kediaman Almarhum H Asran S. “Hingga saat ini, pengibaran bendera merah putih di setiap 17 Agustus telah menjadi tradisi sekaligus mengingat momen-momen bersejarah tentang perjuangan melepaskan diri dari belenggu penjajah, karena sejarah di sini seingat saya lebih lama daripada Sanga-sanga” kata Hj Maisyarah. (rf218)


muhammad salihidin kemerdekaan loa tebu

berita POPULER

img

Presiden Batal Resmikan Sejumlah Proyek di Kaltim

img

Video Asusila Pelajar SMK Samarinda Viral, Kadisdik Kaltim: Jangan Salahkan Gurunya!

img

Warga Inggris yang Tampar Petugas Imigrasi Bali Mengaku Disiksa

img

Wagub Tawarkan Ruhui Rahayu Lokasi Seminar Nasional dan Bimtek Soal USBN

img

Ilmuwan yang Dijuluki 'Bapak' Pemanasan Global Tutup Usia

img

178 Bintara TNI AD Lulus Pendidikan

img

Akibat Pemanasan Global, Kiribati Terancam Tenggelam dari Peta Dunia

img

Lapas IIB Tenggarong Koordinasi dengan Disdukcapil se-Kaltim Rekam Data Warga Binaan


baca LAINNYA

img
Video Asusila Pelajar SMK Samarinda Viral, Kadisdik Kaltim: Jangan Salahkan Gurunya!
img
Tim Pendamping Pendirian PPV Dibentuk, Pemkab Kukar Masih Cari Lahan
img
PROGRAM JKN-KIS SANGAT MEMBANTU WARGA KALTIM
img
Reses di Samarinda, Jafar Ajak Warga Tolak Politik Uang
img
Dilakukan Sejak 2014, Irwan Hamili Dua Anak Tiri
img
Personel Linmas Direkomendasikan Pemda, Dua Orang Jaga tiap TPS
img
Wagub Tawarkan Ruhui Rahayu Lokasi Seminar Nasional dan Bimtek Soal USBN
img
Ilmuwan yang Dijuluki 'Bapak' Pemanasan Global Tutup Usia
img
Paul Pogba Bersinar, Maurizio Sarri Terancam
img
Lapas IIB Tenggarong Koordinasi dengan Disdukcapil se-Kaltim Rekam Data Warga Binaan
img
178 Bintara TNI AD Lulus Pendidikan
img
Presiden Batal Resmikan Sejumlah Proyek di Kaltim
Korankaltim.com - Cerdas Bersama Rakyat
Arsip

EDITOR'S PICK

img

PROGRAM JKN-KIS SANGAT MEMBANTU WARGA KALTIM

Reses di Samarinda, Jafar Ajak Warga Tolak Politik Uang

Reses Irwan di Balikpapan, Banjir jadi Keluhan

     
  • Redaksi
  • Kritik & Saran
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Copyright © 2007 - 2019 Korankaltim
supported by Tipamedia