Sabtu, 25/08/2018

Bocah Ini Alergi Berat Usai Suntik Vaksin Difteri, Hingga nyeri Pada Jantung

Sabtu, 25/08/2018

ALERGI OBAT: Aidil bersama ibu dan neneknya, bocah yang diisukan KIPI terkena gagal ginjal, kini kondisinya sudah sehat, dan oleh dokter didiagnosa terkena alergi tingkat berat. ( olis / korankaltim)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Bocah Ini Alergi Berat Usai Suntik Vaksin Difteri, Hingga nyeri Pada Jantung

Sabtu, 25/08/2018

logo

ALERGI OBAT: Aidil bersama ibu dan neneknya, bocah yang diisukan KIPI terkena gagal ginjal, kini kondisinya sudah sehat, dan oleh dokter didiagnosa terkena alergi tingkat berat. ( olis / korankaltim)

BONTANG – Banyaknya kasus KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi), yang terjadi di wilayah lain yang banyak dibagikan di media sosial (medsos), membuat para ibu-ibu yang memiliki anak merasakan kecemasan, galau dan bingung.

Kasus KIPI ternyata juga terjadi di Bontang, kali ini dialami bocah bernama Aidil Fickrizal (12), putra pertama dari Lili Purwanti (29), warga Jalan Gong 4 RT 16 Guntung, Bontang Utara. Aidil langsung merasakan gatal-gatal di bagian bekas suntikan, usai menjalani vaksin difteri pertama, pada bulan Mei 2018 lalu.

Selain gatal-gatal, bekas suntikan juga terdapat ruam merah dan dadanya mengalami sesak. Sang ibunda sempat memberi Aidil obat paracetamol. Bukannya membaik, Aidil malah mengalami bengkak-bengkak, dari bibir hingga kemaluannya.

“Saya nggak langsung bawa ke dokter, saya tunggu 1x24 jam. Makin gatal makin sakit katanya, saya biarin dulu, akhirnya panasnya turun. Jalan dua minggu demam lagi, karena pilek, akibat pulang ngaji kena huja. Waktu itu saya kasih obat batuk sama demam. Badannya langsung gatal, sesak dan bengkak,” tutur Lili. 

“Saya tunggu 1x24 jam lagi, malamnya langsung tidur, dan paginya saya bawa ke puskesmas. Sama dokter dikasih obat puyer untuk demam sama batuk. Tapi kok reaksinya sama. Jadi saya bingung. Saya tunggu 1x24 jam lagi. Kok gitu lagi. Sorenya bawa ke dokter lagi, di puskesmas. Saya cerita kenapa anak saya kasih obat kok gini efeknya, saya jelasin kalau ini terjadi setelah usai suntik difteri,” sambungnya.

Setelah mendengar keterangan Lili, dokter menyarankan agar diperiksa laboratorium. Hasilnya ternyata ginjalnya bagus dan gula juga bagus. Tapi kenapa Aidil selalu mengeluh sakit pada jantungnya ketika setiap diberi obat. Selain itu ia Aidil juga merasa sesak pada pernapasannya, seperti ditusuk-tusuk, bengkak dan ruma-ruam pada kulitnya.

“Waktu itu dokter puskesmas pun menyarankan agar dibawa ke rumah sakit saja, dan saya pilih di RS PKT, dan ketemu dengan dr Naomi. Disana anak saya, di tes food challenge. Ternyata anak saya alergi tingkat tinggi. Sehingga tidak boleh kelebihan protein,” jelas Lili.

Menurutnya, anaknya sejak kecil tidak ada riwayat alergi. Sebab, selama usia 1 tahun anaknya terapi pengobatan flek hingga 4 tahun, dan telah sembuh. Dan sejak itu tidak pernah kambuh atau sakit-sakit lagi.

Dilanjutkannya, dari keterangan dr Naomi, pada saat disuntik vaksin difetri itu kemungkinan sistem imun di tubuh Aidil sedang perang, entah apakah itu menolak atau apa. Dan akhirnya sistem imunnya justru gagal dan dampaknya justru alergi berat sampai ke jantung.

“Aidil nggak boleh minum obat atau vitamin sembarang. Jadi saya kerjasama juga dengan wali kelasnya, agar tidak sembarangan memberi vitamin atau obat, karena anak saya nggak boleh kelibihan protein,” jelasnya.

Atas kejadian itu, Lili mengaku, ia tidak berani menyuntikkan difteri kedua dan ketiga, termasuk MR. Sebab, ia merasa takut karena efeknya sangat luar biasa pada tubuh anaknya. Dan yang paling ia takutkan, bisa sampai gagal jantung.

“Bukan saya mendoktrin siapapun agar tidak vaksin loh. Saya cuma menyarankan kepada para orangtua agar mengerti atau tolong lebih mengetahui kondisi anaknya, karena kondisi setiap anak berbeda,” tandas Lili.

Lili pun mengaku ia bukan anti vaksin, hal ini terbukti dua anaknya vaksin lengkap sejak kecil. Hanya saja, baru kali terjadi hal demikian. Lili juga mengklarifikasi apabila di medsos banyak yang mengira anaknya usai vaksin langsung gagal ginjal.

“Anak saya tidak gagal ginjal. Alhamdulillah ginjalnya bagus, dan sekarang kondisinya juga sudah sehat. Hanya saja kena alergi tingkat berat, dan tidak bisa sembarang minum obat dan vitamin serta kelebihan protein,” pungkasnya. (cil)

Bocah Ini Alergi Berat Usai Suntik Vaksin Difteri, Hingga nyeri Pada Jantung

Sabtu, 25/08/2018

ALERGI OBAT: Aidil bersama ibu dan neneknya, bocah yang diisukan KIPI terkena gagal ginjal, kini kondisinya sudah sehat, dan oleh dokter didiagnosa terkena alergi tingkat berat. ( olis / korankaltim)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.