Sabtu, 09/03/2019
Sabtu, 09/03/2019
Sabtu, 09/03/2019
KORANKALTIM.COM, BONTANG – Dari 3 kota di Kaltim yang menjadi pilot project, Bontang, Berau dan PPU, untuk percontohan garam menggunakan system tunnel, Bontang yang pertama kali memanen garamnya.
Panen perdana ini dilakukan Jumat (8/3/2019) di Balai benih Ikan Pantai (BBIP), Kelurahan Tanjung Laut, Bontang.
“Bontang yang pertama dapat melakukan pemanenan dari 3 daerah percontohan yang sudah ada,” kata Kepala DKP3 Bontang, Aji Erlinawaty.
Garam yang dipanen hasil dari proyek percontohan pembuatan garam rakyat sistem tunnel dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, melalui UPT BPPP Tegal. Sistem yang dibangun di proyek pertanian garam ini terdiri dari tandon air muda tiga unit rangkaian tunnel. Setiap unitnya terdiri dari 6 kotak tambak atau meja pemeliharaan.
Sistem ini dengan cara membuat bak-bak penguapan yang dilapisi plastik HDPE di bagian bawah, ditutup plastik UV di bagian atas dan di desain seperti terowongan.
Pada prinsipnya, penguapan air laut dilakukan secara bertingkat dalam petak tertutup dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Dikatakan Erli, target dari percontohan ini diharapkan dapat memproduksi sekitar 1 ton garam per minggu atau 4 ton garam per bulan. Bila harga garam krosok di Bontang sekitar Rp4000,-/Kg, maka akan menghasilkan sejumlah Rp16 juta/bulannya.
“Dengan perhitungan biaya pembuatan konstruksi untuk teknologi ini sekitar 16 Juta, maka dalam jangka waktu 4 bulan, sudah bisa balik modal. Sementara umur konstruksi untuk teknologi ini mencapai 3 tahun,” katanya.
Perempuan yang akrab disapa Lin ini melanjutkan, dengan memanfaatkan teknologi tunnel memungkinkan produksi garam dapat dilakukan sepanjang tahun dengan kualitas yang baik, dibandingkan produksi garam yang langsung dari tambak. Apabila di musin hujan tetap dapat berproduksi, meskipun tidak sebesar ketika musim panas.
Wakil Walikota Bontang Basri Rase yang hadir saat panen perdana sangat mengapresiasi kinerja DKP3 Bontang. Ia berharap dengan potensi laut yang cukup besar dapat memproduksi garam untuk memenuhi kebutuhan garam di Bontang.
“Saya berharap pada kelompok nelayan yang ingin mengembangkan usaha ini untuk lebih serius lagi, selain untuk mengurangi impor dari Sulawesi dan Madura, juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar pesisir laut Bontang,” katanya.
Dilanjutkannya, kebutuhan garam Bontang tidak kurang 10 ton perbulanya yang dipasok dari Sulawesi dan Madura. “Ada beberapa tempat yang berpotensi, makanya saya berharap. Harus benar-benar tekun dan dilakukan baik agar bisa meningkatkan kesejahteraan petani garam,” pungkasnya.
Penulis: */olis
Editor: muh. Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.