Selasa, 11/06/2019
Selasa, 11/06/2019
Lokasi banjir di tenggarong beberapa hari lalu ( Foto: reza / korankaltimcom)
Selasa, 11/06/2019
Lokasi banjir di tenggarong beberapa hari lalu ( Foto: reza / korankaltimcom)
KORANKALTIM.COM, TENGGARONG – Ribuan rumah di 10 Kelurahan yang ada di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) terendam banjir pada Minggu (9/6/2019) lalu.
Selain banjir, puluhan rumah juga terkena longsor. Akibat banjir dan tanah longsor ini, total kerugian yang ditimbulkan diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Data yang dihimpun dari Pemerintah Kecamatan Tenggarong, di Kelurahan Timbau ada 1.477 rumah yang tersebar di 23 RT terendam banjir, Kelurahan Melayu ada 540 rumah di 14 RT, Kelurahan Maluhu ada 412 rumah di 17 RT dan di Kelurahan Mangkurawang ada 75 rumah yang tersebar di 8 RT.
Kemudian Kelurahan Panji ada 520 rumah yang tersebar di 13 RT, 75 rumah di 7 RT di Kelurahan Loa Tebu, 556 rumah tersebar di 19 RT di Kelurahan Loa Ipuh, 89 rumah di 5 RT di Kelurahan Baru dan 39 rumah di 1 RT di Kelurahan Loa Ipuh Darat.
“Untuk kelurahan Sukarame juga ada yang terendam, begitu juga di Desa Rapak Lambur juga ada. Tapi datanya belum masuk, kini masih dalam tahap pendataan oleh RT, nanti disampaikan ke kelurahan dan diteruskan ke kecamatan,” kata Janhariansyah, Camat Tenggarong.
Selain banjir, puluhan rumah juga terkena dampak longsor akibat curah hujan yang tinggi.
Di Kelurahan Melayu ada 50 jiwa atau 23 KK yang tersebar di 6 RT terkena dampak longsor. Total kerugian ditaksir mencapai Rp 345 juta.
Selanjutnya, 4 rumah di Kelurahan Panji yang longsor mengakibatkan kerugian mencapai Rp 500 juta. Terakhir 7 rumah di Kelurahan Loa Ipuh juga terkena dampak longsor dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 750 juta.
Dampak longsor ini, kata dia, membuat rumah warga rusak dan harus dibangun ulang. “Data rinciannya kami tidak ada karena ini data yang disampaikan Lurah. Kalau mau rincinya di Kelurahan, RT mana saja yang terkena longsor dan banjir. Kami hanya data global,” jelasnya.
Menurutnya, kondisi banjir di Tenggarong khusus di Tambak Rel merupakan hal lumrah terjadi, khususnya saat hujan deras berlangsung lama.
“Kalau di Tambak Rel itu memang ada alih fungsi Sungai Kejawi, sungai itu sekarang tidak berfungsi sebagai saluran air karena sudah banyak bangunan permanen di atasnya yang menutup aliran air makanya banjir,” tuturnya.
Begitu pula di Kelurahan lain, parit atau drainase air yang dibangun Pemkab beberapa menyempit dan dangkal. Penyempitan ini disebabkan adanya warga yang membangun rumah dengan cara menutup parit atau drainase.
“Data ini nanti kami akan sampaikan saat pertemuan untuk mengentaskan persoalan banjir. Warga juga kami harap jika ada yang membangun di atas parit segera mencari alternatif, minimal memberikan ruang untuk aliran air,” terangnya.
“Kenapa nilai kerugian besar, itu baru estimasi kami. Tapi jelas ada dampak dari banjir, terutama barang elektronik warga rusak terkena atau terendam air,” tambahnya.
Penulis: */Amin
Editor: M.Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.