Selasa, 08/10/2019
Selasa, 08/10/2019
Ilustrasi anak stunting (Foto: Stunting)
Selasa, 08/10/2019
Ilustrasi anak stunting (Foto: Stunting)
KORANKALTIM.COM, TENGGARONG – Kasus stunting di Kutai Kartanegara (Kukar) mengkhawatirkan. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) hingga Oktober 2019 ini mencatat 2.840 anak menderita stunting, baik itu anak umur di bawah lima tahun (Balita) maupun anak berusia bawah dua tahun (Baduta).
Rinciannya, 561 bayi Baduta terdiri dari 167 anak tubuh sangat pendek dan 394 anak tubuh pendek. Sementara kasus stunting Balita ada 2.279 anak, 674 jumlah tubuh sangat pendek dan 1.605 anak jumlah tubuh pendek.
Namun, jumlah kasus stunting di 2019 ini menurun jika dibanding 2018 lalu yang terdapat 2.872 kasus stunting pada Balita dan 1.027 kasus stunting terjadi pada Baduta.
“Sebanyak 2.840 kasus stunting di Kukar di 2019 merata di 18 kecamatan,” kata Kepala Bidang Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kukar, dr Aulia Rahman Basri.
Banyak faktor menyebabkan munculnya stunting, seperti kekurangan gizi kronis, kurangnya asupan makanan dengan baik dan faktor lingkungan tidak sehat. “Pola asuh tidak sehat juga menjadi penyebab,” katanya.
Untuk penanganan khusus kasus stunting atau kekurangan gizi kronis yakni satu tahun dalam kandungan dan dua tahun di luar kandungan. “Standar yang kita pakai, kalau mendapatkan kasus stunting. Kita coba identifikasi dengan cara faktor determinan,” katanya.
Faktor determinan, seperti bayi yang terkena kasus stunting dilihat secara spesifik dan sensitif.
Menurutnya, bicara spesifik adalah berbicara langsung dengan kesehatan balitanya, seperti bagaimana asupan vitaminnya.
Sementara sensitif, berbicara tentang kecukupan makanan, tingkat ekonomi dan pola asupan untuk anak. “Dari faktor determinan itu, kita akan lihat dimana masalahnya, apakah dari air bersih atau lainnya,” katanya.
Penulis: */Sabri
Editor: M. Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.