Selasa, 22/08/2017

650 Murid SD di Kaltara Belum Bisa Calistung

Selasa, 22/08/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

650 Murid SD di Kaltara Belum Bisa Calistung

Selasa, 22/08/2017

TANJUNG SELOR – Fakta yang cukup mengejutkan. Menurut data pokok pendidikan (Dapodik) yang dihimpun oleh Tim Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) yang merupakan mitra kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Australia, di Kaltara terdapat kurang lebih 650 anak usia SD yang tidak melanjutkan sekolah.

Seperti diketahui, Inovasi merupakan program Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI bersama DFAT atau bidang yang mengurusi pendidikan di Negara Australia sedang melakukan survey mengenai pendidikan di Kaltara.

Dari hasil survey yang dilakukan sejak 24 April hingga 7 Juni lalu di 4 kabupaten, merumuskan adanya penurunan jumlah siswa pada kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Penyebabnya, karena permasalahan pembelajaran di kelas 1. 

Disebutkan oleh anggota tim dari Inovasi, Basilius, pada 2016 terdapat 650 murid SD kelas 1 di Kaltara, utamanya di empat kabupaten belum memahami baca, tulis dan menghitung (calistung). Sehingga terjadi pengurangan jumlah murid kelas 2. Dengan rincian ada sekitar 400 siswa atau 7 persen dan 250 siswi atau 5 persen yang duduk di kelas 2 pada 2016. Dibandingkan dengan kelas 1 pada 2015.

Pada kasus ini, kesulitan yang dihadapi siswa, menurut keterangan para guru adalah memahami makna bacaan. Basilius mengatakan, potensi baca yang dialami 4 kabupaten di Kaltara relatif sama. Yaitu karena banyak yang sudah bisa membaca meski tidak terlalu lancar.

“Cuma ada juga yang tidak paham. Misalnya kita membacakan pertanyaan mereka mampu menjawab, yang artinya mereka mengerti. Makanya harus disediakan buku membaca yang menarik. Tidak hanya dari akademik, non akademik seperti dongeng, cerpen, dan lainnya juga perlu. Namun tetap dengan bimbingan orangtua,” jelasnya kepada Koran Kaltara, Selasa (22/3) kemarin.

Dalam survey dilakukan, Kota Tarakan tidak termasuk. Menurut Basilius, karena akan mengadakan Pilkada dalam waktu dekat dan kriteria INOVASI secara nasional tidak memasukkan daerah yang mau berganti pejabat dari sebelumnya. Ia pun menegaskan tidak terpilihnya Tarakan bukan berarti pendidikan disana lebih maju. “Ini murni karena ada akan Pilkada di sana,” tegas Basilius.

Selain itu, kualitas pendidikan anak di perkotaan dan perdesaan memang berbeda. Bahkan seluruh Indonesia mengalami hal serupa dikarenakan daerah terpencil akan mengalami risiko lebih tinggi. Di mana  guru lebih sedikit, akses sulit dan biaya yang lebih mahal.

“Risiko kedua adalah sekolah di sana bisa saja mahal dan orangtua siswa tidak mampu membayar. Belum lagi informasi akan susah. Tetapi di mana saja akan selalu ada surprise dari pendidikan, anak di daerah tertinggal banyak yang kecerdasannya sama dengan anak yang ada di kota,” ungkapnya.

Sementara itu, saat disnggung mengenai solusi, Tim INOVASI sendiri belum merumuskan apa yang tepat untuk Kaltara ini. Mereka nantinya tetap akan melibatkan semua pihak dari pemerintah, guru, perusahaan daerah sekitar untuk mencari cara yang pas. “Masih akan kita gali lagi, semua dipikirkan dan pasti akan memakai pola lokal,” ucapnya lagi.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Litbang Kabupaten Bulungan M Isnaini menyebut, besarnya jumlah penurunan murid ini merupakan masalah yang sangat serius. “Ini permasalahan yang sangat mendasar dan harus kita perhatikan bersama,” kata Isnaini. (ike815)


650 Murid SD di Kaltara Belum Bisa Calistung

Selasa, 22/08/2017

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.