Kamis, 14/09/2017

Ironis, Dua Minggu Warga Long Sule Berjuang di Jalanan

Kamis, 14/09/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Ironis, Dua Minggu Warga Long Sule Berjuang di Jalanan

Kamis, 14/09/2017

Buruknya kondisi jalan perbatasan membuat warga di sana harus hidup dalam serba kesulitan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar, pangan dan berbagai bahan pokok penunjang kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut warga di sana harus berjuang mati-matian. Bukan hanya mempertaruhkan harta benda, tetapi juga nyawa. 

“Kondisi seperti itu yang sekarang harus kami hadapi,” ungkap Petrus (45) warga Desa Sule-Pipa, Kecamatan Kayan Hilir. Pada media ini, ia dan Andry (38) sepupunya bercerita perjuangan keduanya bersama warga desa lain mengangkut kebutuhaan pokok warga dari Samarinda ke Metun dan Sule-Pipa awal bulan lalu.

Sejak 6 bulan lalu jalan yang menghubungkan Kecamatan Kayan Hilir (Data Dian) dengan Kayan Hulu (Long Nawang) putus akibat longsor di salah satu bagian jalan tersebut yang berada di wilayah Kayan Hulu. Karena longsor, praktis kendaraan roda 4 tak bisa lewat. Padahal jalan tersebut merupakan satu-satunya akses bagi warga dalam rangka memenuhi (mengangkut) bahan pokok. Baik bahan pokok yang berasal dari Camp Tapak Mega (Malaysia) maupun dari daerah tetangga (Kutai Barat atau Mahakam Hulu). Melalui jalan poros Apau Kayan yang kondisinya saat ini sangat buruk sehingga sulit sekali dilewati.

Awal bulan lalu mereka mengangkut bahan pokok, beras, gula, minyak, dan berbagai jenis kebutuhan sehari-hari lainnya dari Kota Samarinda. Salah satu kota yang menjadi tempat warga perbatasan Malinau, Mahakam Hulu dan Kubar mengambil kebutuhan pokok. Jalur yang mereka lalui adalah jalan alternatif Muara Wahau – Metun – Long Sule. Jalur ini mereka pilih karena tak ada pilihan lagi. Tidak memungkinkan menggunakan jalur sungai apalagi pesawat untuk mengangkut barang/bahan pokok kehidupan warga sebanyak itu. “Jaraknya sekitar 182 kilometer. Melewati 2 daerah, Kutim (Kutai Timur) dan Malinau,” kata Petrus.

Kondisi jalan yang harus dilalui warga Sule ini pun tak kalah buruk. “Sudah sangat rusak dan beresiko bagi keselamatan,” tutur Andry. Karena jarak yang memang jauh ditambah kondisi jalan yang rusak parah, waktu yang dibutuhkaan untuk bisa sampai ke tujuan pun sangat lama. “Dua minggu perjalanan kami sampai tiba di Sule. Bahkan bisa lebih kalau gangguan di jalan lebih banyak,” akunya. Baik gangguan dari kondisi jalan dan alam maupun gangguan karena kendaraan bermasalah. Pengangkutan bahan pokok dan bangunan pekan lalu dilakukan warga Sule dengan menggunakan 5 mobil pikap Toyota Land Criusser.

Jika yang dihadapi hanya kondisi jalan yang apa adanya (jalan tanah layaknya jalan bekas perusahaan yang sudah tak terawat), tidak terlalu berat bagi mereka. Yang membuat perjalanan sangat berat, karena jalan tersebut sudah rusak berat diperparah oleh longsor yang menimbun sejumlah titik. 

“Kalau ketemu longsor kami berhenti dulu untuk membuang tanah supaya mobil bisa lewat,” ungkap Petrus. Berjam-jam bahkan harus menghabiskan waktu setengah hari untuk membuang longsoran tanah. 

Perjuangan berat lain yang harus mereka hadapi adalah meloloskan mobil cegatan sungai. Lebih dari 5 sungai dan anak sungai yang harus diterjuni mobil. Saat air besar mereka bertahan di tepi menunggu air kecil atau memungkinkan untuk dilewati. “Paling berat kalau sudah harus lewat sungai. Bisa harus menunggu lama sampai air kecil. Kadang ada juga yang memaksakan diri. Ujung-ujung hanyut kena arus deras. Kasihan. Kecelakaan patah tulang dan meninggal sudah sering terjadi,” papar Petrus.

Tak ada pilihan. Jalan tersebut diakui mereka menjadi satu-satunya akses yang dipakai untuk berbagai keperluan. Terutama untuk mengangkut bahan pokok dan bahan bangunan ke Desa Sule/Pipa. “Mudah-mudahan ada yang peduli pada kami untuk memperbaiki jalan ini menjadi jalan layak dipakai masyarakat,” harap Petrus. Harapan pemerintah membangun jalan ke kampung halaman mereka sampau baik, mudah dan aman dilewati menjadi harapan seluruh warga disana saat ini.

“Kami juga ingin senang seperti yang lain yang tinggal di kota. Tidak menderita begini saat memenuhi kebutuhan hidup. Tidak terlalu berat hidup kamo,” pungkasnya dengan mata berlinang. (wh)

Ironis, Dua Minggu Warga Long Sule Berjuang di Jalanan

Kamis, 14/09/2017

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.