TENGGARONG-Malam ini puluhan ribu masyarakat akan membanjiri Kota Raja Tenggarong. Rock In Borneo (RIB) yang merupakan hari raya musik cadas di Kutai Kartanegara diprediksi akan dihadiri 70 ribu bahkan sampai 80 ribu pengunjung.

Project Manager  RIB 2017, Akbar Haka mengatakan, untuk memberikan kesan serta citra yang baik Kutai Kartanegara khususnya Tenggarong sebagai penyelenggara event tahunan ini segala sesuatunya dipersiapkan secara matang dan terencana.

“Saat ini persiapan sudah mencapai 90 persen lebih, dan hari ini (kemarin, Red) ada kunjungan resmi dari SKPD terkait dengan meninjau langsung venue stadion Aji Imbut Kompleks Area Panahan yang akan dipergunakan untuk RIB tahun ini,” katanya kepada Koran Kaltim, kemarin.

Adapun SKPD yang meninjau langsung ialah BPBD, Dishub, Dinas Pariwisata, Dinas Kesehatan, Satpol PP dan Koramil. Akbar menyampaikan pihaknya mempersiapkan fasilitas senyaman mungkin bagi penonton, mengingat penonton yang akan hadir bukan saja berasal dari Kalimantan saja. Akan ada yang datang jauh-jauh dari Malaysia dan Singapura. “Kita persiapkan kualitas stadion Kutai Kartanegara yang nyaman dan bersih, makanya hari ini kita persiapkan dan luar biasanya SKPD terkait turut men-support hal ini dengan bergabung pihak panitia kita bersihkan sama-sama,” ucapnya.

Event RIB ini juga sekaligus memberikan dampak positif bagi industri kreatif yang ada di Kukar, terutama industri kuliner. Akbar mengungkapkan ada 30 kuliner yang turut serta dalam memeriahkan kedatangan band Skid Row dan Jamrud ini. “Ada 30 Kuliner yang ikut dan itu kita seleksi sebelumnya dimana kita mengingingkan menghadirkan kuliner yang kreatif. Harapannya setelah event ini usaha mereka terus berkembang dan merangsang yang lainnya bahwa kalau ingin berjualan di sebuah event harus dengan kemasan yang bagus dan kreatif. Ini langsung masyarakat yang terlibat dan dari banyak yang mendaftar kita utamakan Kukar dulu setelah itu daerah lain,” ungkapnya.

Dalam gelaran RIB kali ini juga, pihak panitia dan Pemkab Kukar mengajak semua elemen masyarakat khususnya Kukar agar lebih menggaungkan lagi budaya lokal ke mancanegara. Penonton yang hadir dengan menggunakan Pesapu (kain tutup kepala khas kutai) dipastikan tidak akan masuk ke venue secara berdesakan. “Untuk Pesapu dan Mamanda sendiri kita menginginkan hal ini sebagai tongkat estafet bagi generasi milenial kita yang rentan terserang teknologi yang cukup tinggi sehingga bisa menyebabkan lupanya seni budaya lokal yang kita miliki,” tegasnya.(*hei)