Jumat, 09/02/2018
Jumat, 09/02/2018
Jumat, 09/02/2018
TENGGARONG- Ikan yang hidup Sungai Mahakam, seperti ikan baung, udang galah, betutu, papuyu, jelawat dan biawan makin hari kian sulit didapatkan. Ini sebagai akibat desakan populasi penduduk yang berpengaruh terhadap ekosistem sungai. Luasan sungai, danau, dan rawa semakin menyempit menyusul hadirnya pemukiman.
Pola hidup masyarakat yang kerap membuang sampah mengakibatkan pendangkalan kawasan perairan. Ditambah lagi, cara penangkapan ikan yang justru merusak lingkungan. Dihawatirkan spesies jenis ikan lokal akan punah.
Abdurahman (46), pemancing yang biasa nongkrong di tepi Sungai Mahakam di kawasan Kota Tenggarong merasakan betul sulitnya mendapatkan ikan. Kini, dia lebih memilih untuk mencari spot memancing yang jauh untuk mendapatkan hasil yang banyak.
“Dulu saya sering mancing di kawasan Tenggarong sekarang sudah jarang dapat ikan, agak sulit untuk mencarinya, jadi saya cari spot lain, ke Danau Semayang misalnya,” tuturnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kukar Armanedi, mengatakan, masyarakat harus ikut melestarikan spesies ikan lokal dengan menggunakan metode penangkapan ikan yang ramah terhadap ekosistem.
“Masyarakat terutama nelayan dan pembudidaya harus berpartisipasi, nelayan harus menggunakan jaring yang lebih besar ruasnya agar ikan yang tertangkap itu ukurannya besar dan melepas yang kecil, pembudidaya juga harus mengerti bagaimana mengelola ikan lokal sesuai dengan jenisnya,” jelas Armanedi
Armanedi juha berharap ikan-ikan lokal tidak hanya ditangkap dan dikonsumsi melainkan dibudidaya. “Harapannya bahwa ikan tersebut tidak lagi ditangkap melainkan dibudidaya karena lebih menjanjikan dari segi bisnis, populasinya tidak menurun dan punah, juga dibudidayakan oleh orang-orang kita sendiri,” harap Armanedi. (rf218)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.