Selasa, 28/04/2020

Studi Terbaru Temukan Virus Corona Bertahan Lama hingga 20 Hari di Mata

Selasa, 28/04/2020

Ilustrasi corona ( Foto: Freepik)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Studi Terbaru Temukan Virus Corona Bertahan Lama hingga 20 Hari di Mata

Selasa, 28/04/2020

logo

Ilustrasi corona ( Foto: Freepik)

KORANKALTIM.COM, Jakarta  -- Satu lagi temuan terbaru peneliti soal perilaku virus corona. Studi di Italia menunjukkan virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab penyakit Covid-19, bisa bertahan lebih lama pada mata pasien sekitar 20 hari. 

Virus bahkan tetap bertahan di mata meski telah hilang dari hidung. Setelah 20 hari, virus tampak menghilang dari mata, meski muncul kembali seminggu kemudian. 

"RNA SARS-CoV-2 terdeteksi pada penyeka mata beberapa hari setelah tidak terdeteksi pada penyeka hidung," seperti diungkap para peneliti itu, dikutip dari CNNIndonesia.com, Selasa (28/4/2020).

Selain itu, para peneliti menyiratkan kemungkinan penularan virus corona lewat mata, selain lewat pernapasan. Meski demikian, sebelumnya berdasarkan hasil studi Perhimpunan Akademi Dokter Mata Amerika Serikat (American Academy of Ophthalmology/AAO) menilai kemungkinan virus corona menular lewat air mata sangat kecil.

Sebab, mereka tak mendeteksi virus corona (SARS-CoV-2) dalam air mata pasien saat menjalani perawatan selama dua minggu. Padahal sampel dari belakang hidung dan tenggorokan pasien dipenuhi virus corona.

"Kami menemukan bahwa cairan mata dari pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 berpotensi menyimpan virus menular, dan karenanya dapat menjadi sumber infeksi yang potensial," lanjut para peneliti. 

Studi ini berdasarkan penelitian terhadap seorang wanita berusia 65 tahun di Italia yang dimuat di jurnal Annals of Internal Medicine. Wanita ini adalah pasien positif corona pertama di negara itu. 

Sebelumnya, ia memang sempat melakukan perjalanan dari Wuhan ke Italia pada 23 Januari 2020 dan dirawat pada 29 Januari, satu hari setelah ia menunjukkan gejala.

Perempuan itu menunjukkan tanda konjungtivitis pada mata. Konjungtivitis adalah infeksi pada membran transparan di mata yang membungkis bagian putih bola mata. Tanda ini muncul setelah pasien dirawat di rumah sakit Januari lalu. 

Beberapa hari kemudian berdasarkan hasil tes swab, para peneliti menemukan jejak virus itu di mata pasien. Selama ia dirawat, hasil penelitian pada cairan mata wanita ini menunjukkan kemungkinan virus itu berkembang biak dan menunjukkan potensi penularan. 

"Penularan antar manusia sebagian besar terjadi lewat droplet pernapasan, tapi cara penularan lain tengah dalam penelitian, sebab SARS-CoV-2 telah terdeteksi ada di beberapa bagian cairan tubuh," tulis para peneliti dalam jurnal tesebut.  

Lebih lanjut, hasil penelitian ini disebut memperkuat saran sebelumnya yang meminta warga untuk menjaga agar tidak menyentuh bagian muka dengan tangan, seperti dilansir New York Post. 

"Temuan ini menyoroti pentingnya tindakan pengendalian, seperti menghindari menyentuh hidung, mulut, dan mata dan sering mencuci tangan."

Meski demikian, para peneliti menyebut temuan ini perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kemungkinan virus corona SARS-CoV-2 bisa menular lewat cairan mata. 

Melansir BGR, Temuan baru ini diterbitkan di jurnal tersebut pada 17 April lalu, ketika virus terus menyebar di seluruh dunia. Hingga pertengahan April, berdasarkan data Johns Hopkins University terdapat 2,8 juta kasus positif Covid-19 yang terkonfirmasi secara global dengan 196.000 kematian. (*)

Studi Terbaru Temukan Virus Corona Bertahan Lama hingga 20 Hari di Mata

Selasa, 28/04/2020

Ilustrasi corona ( Foto: Freepik)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.