Kamis, 07/06/2018

Sarana Olahraga di Kaltim Terlantar, Siapa yang Bertanggung Jawab ?

Kamis, 07/06/2018

Stadion Palaran

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Sarana Olahraga di Kaltim Terlantar, Siapa yang Bertanggung Jawab ?

Kamis, 07/06/2018

logo

Stadion Palaran

SAMARINDA - Sarana olahraga di Kaltim semakin jauh dari harapan. Sejatinya, sejak awal pembangunan infrastruktur olahraga seperti Stadion Utama Kaltim di Palaran Samarinda bakal menjadi ‘rahim’ calon olahragawan handal. Melahirkan atlet yang bisa menjadikan Kaltim sebagai kiblat olahraga di Indonesia bagian timur. Faktanya, semakin jauh dari harapan.

Demikian Pengamat Olahraga Kaltim, H Ahmad Husry berpendapat. “Pemerintah tak bertanggung jawab, hanya investasi agar kelihatan wah saat jadi tuan rumah PON 2008,” kata Ahmad Husry, kemarin.

Tak ingat benar hari dan tanggalnya, yang pasti di tahun 2002, Gubernur Suwarna Abdul Fatah dan alm. Syaukani HR yang lantang menjadikan Kaltim sebagai tuan rumah PON 2008. Kala itu Kaltim mengalahkan Jawa Barat yang juga gandrung ingin jadi tuan rumah. Kaltim terpilih setelah Suwarna dan Syaukani berani menanggung biaya penyelenggaraan sebesar 75 persen.

“Sebelumnya kan gratis, saya ada di sana waktu itu,” kata Husry.

Sepak terjang dua ‘pendekar’ Kaltim ini menuai sukses. Kaltim ditunjuk tuan rumah PON pertama di luar Pulau Jawa. Kaltim pun bersolek. Dana, tak kepalang tanggung besar digelontor. “Di Stadion Palaran dan PON 2008 itu habis sekitar Rp5 triliun,” kata dia.

Euforia, pesta sebagai tuan rumah pun semarak. Kaltim sukses di sektor olahraga. Sebagai tuan rumah, atlet Bumi Etam bertengger di posisi tiga besar. Presatasi luar biasa. Prestasi yang tak pernah diraih sebelumnya.

Pestanya bubar tak lebih dari tiga pekan. Setelah itu, sampai sekarang, bangunan-sisa PON 2008 terbengkalai. Tak terurus. Uang pemeliharaan dianggap terlalu membebani APBD. Maka, jadilah seperti sekarang, pamandangan kumuh di Stadion Palaran sudah tak bisa ditutupi. Bangku-bangku di tribun penonton jadi ‘pot’ semak belukar. Padahal, 2008 silam, di sinilah pesta itu digelar.

“Katanya Kaltim bakal jadi kiblat olahraga Indonesia timur, tapi sekarang tidak. Pemerintah daerah harus konsekuen, itu adalah aset,” kata dia.

Mantan Ketua KONI Kaltim ini menilai, pergantian pucuk pimpinan daerah bisa menjadi salah satu sebab. Pergantian pimpinan menurut dia sangat bisa mengubah arah perhatian dunia olahraga. “Jangankan pemeliharaan infrastruktur, membiayai SKOI saja sudah tidak lagi,” kata dia.

Menurut Ahmad Husry diperlukan perhatian semua pihak untuk memajukan olahraga. Sedianya pemerintah daerah bisa mengevaluasi setidaknya mengembalikan fungsi investasi gedung-gedung raksasa itu untuk rakyat khususnya olahraga. “Yang menggelikan, DPRD membiarkan,” ungkap dia.

Husry menyarankan, pemerintah daerah harus mengembalikan cita-cita olahraga Kaltim ke tujuan awal, emnjadi kiblat olahraga di Indonesia timur. “Kalau tak mampu kelola sendiri, bisa cari pengelola swasta, itu memungkinkan asal tak terlalu membebani,” kata Husry. (rgn)

Sarana Olahraga di Kaltim Terlantar, Siapa yang Bertanggung Jawab ?

Kamis, 07/06/2018

Stadion Palaran

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.