Rabu, 20/09/2017
Rabu, 20/09/2017
HARUS ADA PERBAIKAN: Persaingan ketat atlet sepatu roda muda di ajang Popnas 2017 lalu membuat Kaltim hanya mampu mendapatkan satu medali perunggu.
Rabu, 20/09/2017
HARUS ADA PERBAIKAN: Persaingan ketat atlet sepatu roda muda di ajang Popnas 2017 lalu membuat Kaltim hanya mampu mendapatkan satu medali perunggu.
SAMARINDA – Dua cabang olahraga andalan Kaltim, sepatu roda dan gulat, menuai hasil berbeda dari arena Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XIV/2017 yang berlangsung di Semarang, Jawa Tengah.
Sepatu roda yang masuk dalam cabang olahraga ekshibisi tak mampu mempersembahkan medali emas, tak seperti panjat tebing dan anggar yang juga ekshibisi namun mampu membawa pulang keping berharga tersebut ke Benua Etam. Sepatu roda hanya berhasil meraih 1 medali perunggu dari Anjang Pius di kelas 15 kilo eliminasi.
Menurut pelatih sepatu roda Kaltim Romiansyah, hasil ini diluar ekspektasi mereka padahal sebelumnya target memang medali emas mengingat persiapan sudah dilakukan selama empat bulan. “Kami juga tidak tahu apa masalahnya, yang jelas akan ada evaluasi kepada atlet junior kami karena kami tahu mereka memiliki potensi untuk berprestasi,” kata Romi.
Romi menyebut adaptasi dengan tempat pertandingan jadi salah satu kendala sehingga kaku saat berlomba. “Selain itu lawan yang kami hadapi juga kuat dan memiliki arena memadai saat latihan. Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Jakarta dan Jawa Barat masih yang terbaik,” paparnya. Meski begitu sepatu roda Kaltim berharap berharap nantinya mereka bisa memiliki arena latihan yang memadai karena itu satu faktor yang mempengaruhi dalam meningkatkan prestasi.
Sementara cabang olahraga gulat yang berhasil mempersembahkan 1 medali emas dan 4 perunggu tetap akan melakukan evaluasi terhadap pegulat muda mereka. “Akan kami evaluasi secara keseluruhan apa saja yang masih menjadi kelemahan pegulat Kaltm, apakah dari segi program latihan atau lainnya, kendala-kendala apa saja yang mereka hadapi untuk kemudian diperbaiki,” kata Sumarlani, Sekum PGSI Kaltim.
Di tahun 2010 hingga 2012 saat kejurnas junior, Kaltim menjadi juara umum, itu artinya ada penurunan di Popnas. “Memang atlet-atlet yang bertanding di Popnas masih baru dan mereka dibina sekolah, bukan dari PGSI Kaltim, jadi perlu perhataian khusus walaupun terpusat tempat latihannya. Makanya harus dievaluasi apa kendalanya karena yang namanya terpusat itu pasti programnya berjalan dengan baik,” ungkap Sumarlani. (rgn)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.