Selasa, 24/04/2018
Selasa, 24/04/2018
Ilustrasi
Selasa, 24/04/2018
Ilustrasi
TENGGARONG - Tidak adanya keterwakilan calon dari Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) disinyalir bisa memantik angka golongan putih (golput) Kukar lebih tinggi dibanding daerah lain. Warga Kota raja beranggapan kurang mengenal figur calon gubernur maupun wakil Gubernur yang bertarung di Pilgub Kaltim 2018 ini karena tak ada yang berasal dan berdomisili di Kukar.
Hal ini disampaikan politikus sekaligus Ketua DPRD Kukar, Salehuddin S.Fill. “Itu salah satu faktor yang bisa memicu rendahnya partisipasi pemiih atau golput tinggi,” kata Salehuddin ditemui dikantor DPRD Kukar, Senin (23/4) kemarin.
Diketahui, Pilgub Kaltim ada empat pasangan calon yang ditetapkan KPU yakni Syaharie Jaang-Awang Ferdian Hidayat, Andi Sofyan Hasdam-Rizal Effendi, Isran Noor-Hadi Mulyadi dan Rusmadi-Safaruddin.
Dari keempat paslon tersebut, tidak ada satupun dari Kukar. Ini yang membuat warga kurang ‘sreg’ untuk menggunakan hak suaranya, terlebih tidak ada kampanye terbuka yang dilaksanakan di Kukar, hanya kampanye dialogis yang bersifat terbatas rutin dilaksanakan.
Disisi lain, suara Kukar bisa menjadi penentu di Pilgub Kaltim. Kukar berdasarkan penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) suara di Kukar mencapai 467.760 pemilih, jumlah pemilih terbanyak setelah Samarinda.
Berkaca pada Pemilihan Bupati 2015 lalu saja, angka Golput di Kukar menyentuh angka 48 persen, nyaris setengah jumlah pemilih di Kukar tidak menggunakan hak suaranya. Itu terjadi di Pilbup yang jelas-jelas diikuti tokoh dari Kukar.
Sedangkan untuk Pilgub, tidak ada satupun keterwakilan tokoh dari Kukar. Inilah yang membuat prediksi angka golput semakin tinggi. “Jujur ini juga tantangan bagi Angota DPRD bagaimana untuk menyakinkan konstituennya karena satu suara saja bisa menentukan keberhasilan pembangunan di Kaltim,” jelasnya. (ami)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.