Kamis, 21/06/2018
Kamis, 21/06/2018
Ilustrasi
Kamis, 21/06/2018
Ilustrasi
SAMARINDA - Hasil penelitian sikap pemilih pada Pilgub Kaltim 27 Juni 2018 mengungkap perilaku yang tak berubah. Pemilih di Kaltim cenderung masih menerima adanya politik uang. Parahnya lagi, politik uang justru bisa mengubah pilihan mereka tergantung seberapa besar yang bisa diterima.
“Kalau boleh saya katakan, pemilih di Kaltim masih pragmatis,” kata Fadly, Peneliti dari Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, kemarin di Samarinda.
Hasil survei periode 2-8 Juni 2018, dengan 600 responden mengungkap ada sekitar 38,9 persen masih menerima adanya politik uang. Artinya, pemilih masih sangat familiar dengan pemberian uang saat pemilihan nanti. Setidaknya ada tiga kecenderungan para pemilih ini menerima politik uang. Pertama, mengubah pilihan pasangan calon tergantung pemberi uang terbesar. Kedua, menerima politik uang tapi tidak memilih pasangannya, dan ketiga, tetap menerima tapi tidak mengubah pilihan semula.
Dari hasiul survei ini juga terungkap, jika seluruh responden 98,2 persen sudah memastikan diri terdaftar sebagai pemilih. Jumlah ini menurut Fadly merupakan prestasi tersendiri bagi KPU Kaltim beserta jajarannya yang sudah bekerja keras mendata setiap warga menjadi pemilih sesuai dengan aturan.
“Ini KPU-nya yang bagus, nyaris semua pemilih sudah terdaftar,” kata dia. (sab)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.